Minggu, 09 Oktober 2011

Budidaya Ikan Nila

Pendahuluan
            Ikan nila merupakan ikan introduksi yang sudah dikenal luas di Indonesia. Ikan nila mudah berkembang biak, pertumbuhannya cepat, dan makanannya berupa plankton atau alga yang mudah tumbuh di kolam maupun sungai.Selain itu, ikan nila dapat beradaptasi pada lingkungan dengan kualitas air yang relatif jelek dan pH yang asam.Ikan nila ada dua macam,yaitu ikan nila yang berwarna merah (hibrida) dan ikan nila yang berwarna hitam.Ikan nila merah lebih disukai konsumen sehingga pemasaran mudah dan luas.
            Pengembangan ikan nila bertujuan menghasilkan ikan nila yang murah,mudah,dan terjangkau oleh daya beli masyarakat banyak.Dengan harga yang murah dan budidaya yang mudah, masyarakat diharapkan dapat memelihara ikan nila.Hal tersebut penting untuk menambah penghasilan dan memperbaiki gizi karena ikan merupakan sumber protein yang bermutu tinggi dan dengan banyak mengkonsumsi ikan nila, diharapkan konsumsi protein masyarakat menjadi meningkat.
            Pembudidayaaan ikan nila sangat penting untuk dilakukan di daerah-daerah pedesaan,di pedalaman yang terpencil,lebih-lebih lagi di daerah-daerah yang termasuk daerah minus,untuk menambah sumber penghasilan petani.Selain itu, ikan nila memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dan mudah untuk dikembangbiakkan sehingga dengan membudidayakan ikan nila, petani lebih cepat mendapat hasil ikan yang siap untuk dijual.
Ikan nila yang berasal dari sungai nil dan danau-danau disekitarnya memiliki beberapa jenis, yaitu nila putih, nila merah dan nila albino. Di indonesia nila putih dan nila merah sangat berkembang dibudidayakan baik di kolam, karamba, jaring apung, dan sawah. Nila merah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai putih untuk saat ini dan pada beberapa daerah juga ada perbedaan nilai jual untuk nila yang ada di jaring apung. Misalnya di Provinsi Jambi, Nila di sana, untuk yang di jaring apung memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan nila yang hasil produksi kolam.
Jenis nila yang masuk ke Indonesia pertama kali adalah jenis oreochromis niloticus dan nila jenis mozambigue atau lebih dikenal dengan mujair. Jenis nila ini banyak di budidayakan di seluruh tanah air.
Karena kemudahan dalam berbudidaya ikan nila ini, tidaklah mengherankan bila seluruh provinsi di Indonesia menghasilkan ikan nila yang berkualitas baik yang berasal dari kolam, karamba, sawah ataupun jaring apung. Perkembangan ikan nila pada beberapa tahun terakhir secara umum terus berada pada tren kenaikan secara nasional walaupun tidak semua provinsi mengalami kenaikan produksi ikan nila. Berdasarkan data statistik perikanan budidaya tahun 2009 dan 2010 provinsi penghasil ikan nila terbesar yaitu :
1. Provinsi Jawa Barat
Provinsi ini memang sudah terkenal sebagai salah satu provinsi penghasil komoditas perikanan budidaya air tawar terbesar di Indonesia, jadi tidaklah mengherankan jika produksi ikan nila provinsi Jawa barat ada diurutan pertama. Walaupun mengalami penurunan pada tahun 2009 tapi produksi ikan nila provinsi jawa barat belum ada yang mampu mengimbangi.ProvinsiJawa Barat menghasilkan 49.092 ton per tahunnya.
2. Provinsi Sumatera Selatan
Sumatera Selatan menempati posisi kedua.Provinsi ini pada tahun 2009 produksi ikan nilanya mencapai 48.991 ton. Beberapa tahun terakhir ini produksi ikan nila provinsi ini terus naik tinggi. 
3. Provinsi Sumatera Utara
Sebagai provinsi yang punya perusahaan budidaya dengan komoditas ikan nila, tidaklah mengherankan jika provinsi ini menjadi salah satu penghasil terbesar ikan nila di Indonesia. Ikan nila di provinsi sumatera terjadi lonjakan pada tahun 2008 dengan masuknya data produksi perusahaan yang membudidayakan ikan nila.
4. Provinsi Sumatera Barat
Sumatera barat yang terkenal dengan keelokan danau maninjaunya ternyata menyimpan potensi pengembangan ikan nila. Dengan danau maninjau yang terkenal dari segi kepariwisataannya ternyata juga dimanfaat untuk budidaya ikan nila. Walau pun tidak semuanya berasal dari sana. Secara umum produksi ikan nila di Provinsi Sumatera Barat masih cukup baik walaupun setelah mengalami fase kenaikan drastis pada tahun 2008 kemudian turun di tahun 2009.
5. Provinsi Jawa Tengah
Jawa tengah ada diurutan kelima sebagai penghasil ikan nila dengan produksi nila sebesar 20.073 ton. Jika dilihat berdasarkan jenis budidayanya maka Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam tiga besar sebagai penghasil nila pada budidaya tambak.
6. Provinsi Kalimantan Selatan
Ikan nila di Provinsi Kalimantan Selatan termasuk komoditas yang diunggulkan. Ikan nila ada pada urutan teratas untuk produksi budidaya kalimantan selatan. Kenaikan drastis terjadi pada tahun 2009 ini. Hal ini disebabkan banyaknya bermunculan pembudidaya nila di Provinsi Kalimantan Selatan terutama pada Kabupaten Banjar dan Tabalong.
7. Provinsi Sulawesi Utara
Sulawesi utara juga mengunggulkan komoditas nila untuk produksi budidayanya selain ikan mas untuk perikanan budidaya air tawar. Walaupun mengalami pelambatan tapi produksi ikan nila di Provinsi Sulawesi Utara tetap mengalami tren kenaikan.
8. Provinsi Jambi
Provinsi jambi merupakan satu dari Provinsi di sumatera yang terkenal sebgai provinsi dengan produksi perikanan budidaya air tawarnya yang cukup baik. Dengan sungai batang harinya yang memiliki banyak karamba dan jaring apung dan hampir setiap pembudidaya memlihara ikan nila tentu hal ini menghantarkan Provinsi Jambi sebagai salah satu penghasil ikan nila yang diunggulkan oleh perikanan budidaya.
9. Provinsi Jawa Timur
Walaupun masih kalah dibanding dengan produksi ikan lelenya, ikan nila di jawa timur juga masih masuk dalam jajaran sepuluh besar penghasil ikan nila se-Indonesia. Produksi ikan nila Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009 mencapai 8.521 ton.
10. Provinsi Bengkulu
Bengkulu adalah salah satu provinsi di sumatera yang menghasilkan ikan nila cukup besar dibanding produksi ikan nila pada provinsi lain di pulau sumatera. Pada tahun 2009 produksi ikan nila sebesar 7.134 ton dan selama lima tahun terakhir ini mengalami tren kenaikan setiap tahunnya. Ini tentu tren yang sangat menjanjikan.
Potensi perikanan Indonesia yang mencapai 6,7 juta ton per tahunnya ternyata belum dimanfaatkan secara penuh, baru 59% saja yang dioptimalkan. Hal ini menunjukkan bahwa peluang dalam industri perikanan masih terbuka lebar. Tentunya industri perikanan tidak tertutup pada usaha penangkapan atau budidaya semata, karena masih ada peluang di usaha pengolahan ikan. Bahkan beberapa daerah di Indonesia terkenal karena produk olahan ikannya.
Di daerah Jawa Tengah sendiri, ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan yang diandalkan selain bandeng. Produk olahan ikan nila yang paling terkenal adalah fillet nila dan nila beku. Produk-produk ini bahkan sudah merambah pasar ekspor. Produk olahan nila merupakan komoditas yang sangat digemari baik di dalam maupun di luar negeri terutama di Amerika Serikat, hal ini terlihat dari permintaan impor nila yang nilainya sangat besar. Permintaan nasional dalam setahun besarnya bisa mencapai 200.000 ton.
Ada sejumlah alasan mengapa fillet nila sangat digemari pasar dunia. Warna dagingnya putih bersih, kenyal, dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Karena merupakan hasil budi daya, pasokannya bisa diperoleh setiap saat tanpa terpengaruh musim.
Sementara permintaan impor ikan nila dari Amerika saja besarnya mencapai 180.000 ton di tahun 2007, meningkat 35% dari permintaan impor di tahun 2006. Negara ekportir ikan nila adalah Ekuador, Costa Rica, Honduras dan China. Indonesia sendiri memproduksi 97.116 ton ikan nila di tahun 2004 dan mentargetkan produksi sebesar 195.000 ton di tahun 2009, dimana 70 persen untuk memenuhi kebutuhan nasional dan sisanya 60.000 ton untuk ekspor.
Ekspor fillet nila dari Indonesia hingga saat ini hanya mampu melayani tak lebih dari 0,1% dari permintaan pasar dunia. Melihat pasarnya yang masih begitu menjanjikan, sektor bisnis budi daya ikan bernama latin oreochromis niloticus ini di dalam negeri juga bisa didongkrak menjadi salah satu andalan buat pemasukan devisa negara. Harga fillet nila asal Indonesia di pasaran ekspor pun lumayan tinggi, setiap kilogramnya rata-rata US$ 5, alias hampir Rp 50.000.
            Pengusaha yang terjun dalam dunia budidaya ikan nila atau para investor yang menginvestasikan modalnya untuk usaha perikanan perlu mengetahui sifat komoditi ikan. Dengan mengetahui sifat ikan, budidaya dan pascapanen ikan yang dipelihara, budidaya dapat dilakukan sebaik-baiknya sehingga tidak banyak menemui kesulitan dan tidak menderita kerugian.
            Sifat-sifat komoditi ikan nila diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Tidak tergantung musim
            Dalam budidaya ikan nila, petani tidak perlu memerhatikan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat dilakukan pembenihan asalkan syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi, seperti kolam, air , dan makanan. Saat panen pun tidak dipenaruhi oleh musim hujan atau kemarau. Pemanenan dapat dilakukan setelah ukuran ikan mencapai seperti apa yang diinginkan konsumen.
2.      Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen
Jauh dekatnya lokasi usaha budidaya ikan nila dengan konsumen sangat mempengaruhi harga komoditi ikan nila.Semakin jauh jarak tersebut,semakin mahal harga ikan nila di tangan konsumen. Hal itu disebabkan adanya biaya tanbahan untuk transportasi dan biaya tambahan untuk mempertahankan kesegaran ikan nila sampai di tangan konsumen, kecuali untuk ikan yang sudah diawetkan.
3.      Mudah rusak
Tubuh ikan nila mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta mempunyai pH tubuh mendekati netral sehingga menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusukan dan mikroorganisme. Karena kondisi demikian, ikan termasuk komoditi yang mudah rusak. Daging ikan nila mempunyai sedikit tenunan pengikat tendon sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis. Akibatnya,daging menjadi sangat lunak.
Adanya proses oksidasi pada lemak tubuh ikan nila oleh O2 dari udara mempercepat pembusukan ikan nila, yang ditandai dengan adanya bau busuk, daging menjadi kaku, sorot mata ikan pudar, serta adanya lender pada insang maupun tubuh bagian luar. Proses pembusukan pada daging ikan lebih cepat dibandingkan dengan pembusukan pada produk ternak atau hewan darat lain.
4.      Resiko tinggi
Karena sifat ikan nila yang mudah rusak, apabila dalam pemasarannya tidak cepat sampai ke tangan konsumen, harga ikan nila bias turun dan dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan dan pengawetan yang tepat untuk mempertahankan keseharan ikan.
5.      Perputaran modal cepat
Waktu yang dibutuhkan ikan nila dari masa pemijahan sampai ke masa panen tidak terlalu lama, yaitu 3-4 bulan. Hal tersebut berarti biaya produksi yang telah dikeluarkan selama membudidayakan ikan nila bisa tertutup dengan keuntungan hasil penjualan panen setelah 3-4 bulan berikutnya.
Dengan demikian, perputaran modal untuk usaha budidaya ikan nila termasuk cepat, yaitu dalam setahun bisa mencapai 2-3 kali putaran. Bahkan, bagi petani yang mengusahakan benihnya saja, dalam waktu kurang dari 1-2 bulan saja, modal bisa kembali.
Benih Ikan Nila
            Benih ikan nila merupakan komponen utama dalam usaha budidaya ikan nila.Dengan benih ikan nila yang baik, hasil usaha budidaya ikan nila tersebut baik pula. Benih ikan nila dapat diusahakan sendiri dari pembenihan maupun membeli dari petani penangkar ikan nila.
            Jika pembenihan dilakukan sendiri, kegiatan pembenihan ikan nila ini akan berjalan lancar dan berhasil apabila diawali dengan persiapan-persiapan yang baik, yaitu kegiatan persiapan kolam untuk pembenihan yang memenuhi syarat dan persiapan induk ikan nila yang memadai.
A.Persiapan induk
            Bila akan melakukan pembenihan sendiri, beberapa persyaratan benih yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan nila adalah benih harus sehat, tidak cacat, tidak tercemar limbah, dan tahan terhadap penyakit ikan.Benih yang sehat, warnanya cerah, tidak cacat fisik, serta berasal dari induk ikan nila yang diketahui jenis dan kemurniannya.
            Dengan menggunakan induk ikan nila yang sehat, bibit ikan nila yang dihasilkan akan mengikuti induknya. Pilihlah induk ikan nila dari keturunan ikan nila yang tahan terhadap penyakit ikan nila dan sudah matang untuk menghasilkan bibit.
            Ciri induk ikan nila unggul adalah pertumbuhan cepat, tahan penyakit serta mudah beradaptasi dengan lingkungan. Bobot badan ikan untuk pembenihan sebaiknya 10-25 gram atau berumur 1-1,5 bulan. Benih yang besar mudah untuk diketahui jenis kelaminnya.Ikan nila berbobot 10 gram cocok untuk pendederan di kolam dan mina padi, sedangkan ikan nila berbobot 25 gram, baik untuk usaha pembesaran secara intensif.
            Untuk mendapatkan benih ikan nila yang berkualitas baik dan jumlahnya banyak, perlu dilakukan seleksi induk atau calon induk ikan nila selama dilaksanakan budidaya ikan nila.Ciri-ciri induk ikan nila yang baik adalah kepala ikan relative kecil, tutup insang normal tidak tebal atau tipis, pada ujung mulut ada dua sungut atau kumis, serta lensa mata ikan terlihat jernih. Bentuk badan melengkung sempuna, tidak ada bagian yang datar di bagian punggungnya.
            Garis ditengah badannya atau yang dikenal dengan nama line lateralis ikan nila tidak membentuk sudut sisi yang sama. Tinggi dan panjang pangkal ekor ikan nila harus seimbang, sirip ekor ikan nila bagian atas dan bagian bawah harus seimbang, badan ikan nila harus lemas tidak kaku. Bagian perut bawah mempunyai bentuk datar dan lebar, sehingga ikan dapat dibedirikan.
            Ciri lainnya adalah sisik ikannya teratur dan besar-besar serta berwarna cerah. Lubang dubur terletak lebih dekat pada pangkal ekor ikan serta memiliki sirip dubur dan sirip dada yang normal.
            Calon induk ikan nila dipilih dari kolam pembesaran.Pemilihan induk ikan nila sebagai berikut, dilaksanakan pada setiap turunan. Dari satu turunan dipilih beberapa ekor ikan nila yang paling baik, kemudian anak-anaknya dipilih kembali yang paling baiknya. Hal tersebut dilakukan berulang-ulang sehingga diperoleh benih ikan nila yang unggul. Ikan nila hasil seleksi tersebut jangan dikawinkan dengan ikan nila yang tidak unggul.
            Induk ikan nila jantan dan induk ikan nila betina selanjutnya dipelihara dalam kolam induk yang terpisah untuk memudahkan dalam penyeleksian dan menjaga ikan nila agar tidak terjadi pemijahan liar di luar kegiatan yang dilaksanakan.
            Dalam usaha budidaya ikan nila perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi kendala dalam usaha budidaya ikan nila, diantaranya adalah pemilihan benih ikan nila yang akan ditanamkan. Pilih benih yang berasal dari induk ikan nila yang unggul yang didapat dari tempat penjualan benih yang sudah terjamin kualitasnya. Kesalahan memilih benih dapat berakibat kerugian dalam usaha budidaya ikan nila tersebut. Ikan nila yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak baik kualitas induknya akan menghasilkan ikan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena hasil ikan yang didapat tidak tumbuh dengan baik.
            Kenali ciri-ciri umum ikan nila yang berkualitas baik dan jenis ikan nila yang unggul. Selanjutnya adalah mempertimbangkan syarat-syarat sarana prasarana apa yang harus disiapkan sehingga hasilnya memuaskan. Apa syarat kolam atau tempat budidaya ikan nila. Apakah kolam di tempat yang kena terus-menerus sinar matahari ataukah kolam yang perlu perlindungan matahari. Apa hama dan penyakit yang sering mengganggu dalam usaha budidaya ikan nila. Hama biasanya tidak terlalu banyak memangsa ikan, tapi kalau terus-menerus dibiarkan, jumlah kumulatif  ikan nila yang dimangsa akan banyak. Pennyakit ikan nila harus diwaspadai karena dapat memusnahkan ikan nila yang dibudidayakan dalam waktu singkat.
B.Pemijahan ikan nila
            Ikan nila dapat memijah 6-7 kali setahun di daerah tropis, dengan frekuensi terbanyak pada musim hujan. Dengan pemberian pakan dan pemeliharaan yang baik, induk ikan nila betina memijah 1-2 bulan. Seekor ikan nila dengan berat 600 gram dapat menghasilkan larva sebanyak 1.200-1.500 ekor setiap pemijahan
            Untuk usaha pembenihan, petani harus mencukupi kebutuhan benih, yaitu persediaan induk ikan nila kurang lebih 20 kg untuk usaha kecil, atau untuk skala besar kurang lebih 70 kg, dan perbandingan induk ikan nila jantan dan induk ikan nila betina sebaiknya 1 : 4 atau   1 : 3.
            Padat tebar calon induk ikan nila atau induk ikan nila untuk di kolam adalah 2-5 ekor untuk setiap meter persegi, untuk di bak 3-5 ekor/m2, sedangkan untuk di keramba jarring apaung 4-6 ekor/m2. Ciri-ciri ikan nila yang telah matang adalah warna badannya hitam kelam, dan bagian dagu berwarna putih.
            Untuk kelamin nila jantan adalah alat kelaminnya meruncing bewarna putih bersih, ujung sirip ekor dan sirip punggung berwarna merah cerah. Induk siap memijah pada umur 7-10 bulan dengan bobot badan sekitar 500 gram, induk yang sudah memijah 6 kali harus diafkir karena telurnya sudah kurang baik. Pemijahan dapat dilakukan di kolam dengan luas 10-15 m2 dengan kedalaman air 50 cm untuk 1-2 pasang induk.
            Setelah dua minggu, induk ikan nila dapat diambil dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk. Benih yang dihasilkan tetep dipelihara di kolam pemijahan. Ciri-ciri adanya pemijahan yaitu terbentuknya lekukan-lekukan berdiameter 30-50 cm bulat di dasar kolam.
            Induk ikan nila yang akan dipijahkan dapat dirangsang dengan cara mengeringkan kolam, mengalirkan air baru ke kolam, dan member lumpur pada dasar kolam untuk dijadikan sarang. Perangsangan dapat dilakukan dengan hormonal atau teknik hipopisis. Sebelum diperrgunakan, kolam ikan nila yang untuk pemeliharaan larva atau anak ikan nila harus mengeringkan kolam terlebih dahulu selama 3-7 hari, dasar kolam diberi campuran pupuk kandang 200-300 gram/m2 dengan 100-200 gram/m2 kapur.
            Benih yang panjang badannya sudah mencapai 9-11 mm dapat dipisah dari induknya, kemudian dipelihara di kolam berukuran 100-200 m2, kedalaman air 30-40 cm, dengan padat tebar 100-200 ekor/m2. Benih ikan nila tersebut dipelihara dulu selama kurang lebih 4 minggu sebelum dipindahkan ke kolam pembesaran.
            Kolam pemijahan khusus untuk ikan nila dapat digunakan untuk kolam pemijahan saja. Sebab fungsinya khusus untuk melahirkan anak ikan, sedangkan perawatan anak-anak ikan selanjutnya dilakukan di kolam lain yang khusus pula, yang dinamakan kolam pendederan awal.
            Untuk pemijahan, bertelur dan beranak, dibutuhkan kolam seluas 1-3 are atau 100-300 m2. Kolam senpit ini justru lebih baik daripada kolam yang luas. Sebab, pengawasan lebih mudah dilakukan, terutama terhadap gangguan hama dan penyakit. Tinggi air di kolam berkisar antara 45-75 cm atau untuk bagian yang terdangkal 45 cm dan bagian terdalam 75 cm. Dasar kolam dibuat lembek belumpur, agar ikan nila lebih mudah menggali lubang-lubang perkawinan.
            Setelah kolam dipersiapkan, antara lain berupa pengeringan dan pengolahan tanah dasar, dimasukkan induk-induknya. Terlebih dahulu perlu memilih induk, induk yang paling kecil berukuran 10 cm, perbandingan antara induk ikan nila jantan dan induk ikan nila betina adalah   1: 2. Artinya untuk seekor nila jantan, diberikan dua ekor ikan nila sebagai pasangannya.
            Kolam seluas 1 are dapat diisi dengan 10 ekor pejantan dan 20 ekor betina. Setelah dimasukkan ke dalam kolam, ikan nila induk akan berkeliaran di lapisan air bagian atas di permukaaan sambil mencakup-cakup udara untuk beberapa hari lamanya. Ini merupakan suatu tanda bahwa mereka sedang sibuk membuat lubang perkawinannya. Apabila lubang telah selesai, mereka segera kawin. Kemudian, induk betina mengerami telurnya di dalam mulut selama dua minggu.
C. Penetasan telur ikan nila
            Setelah dua minggu telur menetas, lahir anak-anak ikan nila yang masih lembut yang dinamakan burayak. Petani harus segera memindahkan burayak-burayak itu ke kolam pendederan awal.Untuk itu, air kolam pemijahan dibuang  melalui saluran pembuangan air. Air buangan dari kolam pemijahan ini langsung diterima oleh kolam pendederan awal yang tempatnya lebih rendah daripada kolam pemijahan, yang terletak bedampingan.
            Pipa pembuangan air harus diberi saringan yang kasar dari kawat kasa atau kerai bambu. Karena air di dalam kolam pemijahan terus-menerus surut, para induk ikan nila betina yang sedang mencakup burayak di dalam mulutnya menjadi gelisah dan panik. Dalam kepanikan itu, para induk memuntahkan burayaknya dan membiarkannya begitu saja.
            Masing-masing induk ikan nila menyelamatkan dirinya sendiri. Burayak-burayak yang masih kecil itu akhirnya hanyut bersama air yang sudah dibuang, dan masuk ke dalam kolam pendederan awal. Karena pipa pembuangan air dipasang saringan, yang bias lolos hanya burayak-burayak saja, sedangkan induk-induk ikan nila tetap tinggal di dalam kolam pemijahan.
            Setelah burayak-burayak hanyut semua, kolam penmijahan diisi lagi dengan air. Dengan demikian, induk-induk akan dapat kawin dan beranak lagi. Seekor induk nila betina rata-rata dapat bertelur setiap sebulan sekali. Kolam pemijahan ini diperlakukan demikian terus-menerus selama 5-6 bulan. Dengan demikian, peneluran pun dapat berlangsung terus-menerus setiap bulan.
            Selama itu, induk-induk ikan nila diberi pakan atau makanan tambahan setiap hari. Misalnya saja dedak halus, ampas kelapa, amaps tahu bungkil kacang, bungkil kelapa, sisa-sisa makanan dari dapur, dan lainnya. Disamping itu, kolam juga perlu dipupuk dengan pupuk urea dan TSP (tripel super phospat) agar makanan alaminya juga tumbuh. Setelah 5-6 bulan kolam pemijahan dioperasikan terus-menerus, tibalah saatnya kolam diistirahatkan. Untuk itu, kolam dikeringkan dan tanah dasarnya dijemur. Hal ini penting untuk menjaga agar kondisi kolam tetap baik. Disamping itu, pengeringan juga sangat perlu untuk membunuh benih-benih hama dan penyakit, serta menghilangkan senyawa-senyawa beracun. Setelah cukup diistirahatkan, kolam dapat dioperasikan lagi.
D. Kolam untuk benih ikan nila
            Dari kolam pemijahan, anak-anak ikan nila akan masuk ke kolam berikutnya pada waktu pengurasan air. Kolam pedederan awal ini dibuat berdampingan dengan kolam pemijahan dengan kedudukan lebih rendah, sehingga air beserta burayak dari kolam pemijahan dengan mudah dapat tertampung di dalamnya. Di kolam pendederan awal ini, anak-anak ikan nila tersebut dipelihara agar tumbuh menjadi anak-anak ikan nila yang lebih besar, yang kemudian dinamakan benih. Oleh karena itu, kolam tersebut dapat dinamakan dengan nama kolam pedederan awal.
            Kolam pedederan ini dibuat dengan ukuran sekitar 5 kali luas kolam pemijahan. Kedalamannya kira-kira sama, yaitu antara 45-75 cm. Pada bagian yang rendah, pasang pipa pembuangan air yang dilengkapi dengan saringan. Untuk menjaga masuknya hama, kolam pedederan awal jangan sampai kemasukan ikan liar dan ikan buas seperti ikan gabus, ikan lele, dan belut, yang dapat menggangu dan merugikan sebab anak ikan nila yang kecil masih belum pandai menyelamatkan diri. Ikan-ikan nila kecil merupakan pakan empuk bagi hama tersebut.
            Agar benih nila yang masih kecil dan panjangnya lebih kurang 1 cm itu tidak kekurangan pakan, kolam pedederan awal harus cukup mengandung jasad-jasad renik. Untuk itu, sebelum digunakan, tanah dasar kolam perlu diolah dan dipupuk, sehingga menjadi lingkungan hiudup yang baik bagi jasad renik. Setelah diolah, tanah itu dijemur dulu sampai kering. Kolam seluas 1 are dapat dipupuk dengan 20 kg pupuk kandang, atau 30-40 kg kompos jerami, atau 40 kg pupuk hijau sebagai pupuk dasar.
            Pemeliharaan ikan nila dalam kolam pedederan awal ini berlangsung selama 1-1 ½ bulan. Oleh karena itu, setiap 1 ½ bulan, kolam dapat dipanen , sudah bisa menangkapi anak-anak ikan nila tersebut. Selama waktu pemeliharaan tersebut, anak ikan nila sudah tumbuh lebih besar, yaitu rata-rata berukuran antara 2-3 cm.
            Untuk perawatan larva yang sudah menetas, petani perlu mencegah matinya larva yang baru menetas. Benih-benih ikan nila yang telah berusia lima hari diberi makanan berbentuk larutan kuning telur. Caranya telur direbus sampai matang benar, kemudian isi telur yang telah matang dipisahkan antara putih telur dan kuning telurnya, ambil kuning telurnya saja. Kemudian, bungkus kuning telur tersebut dengan kain kasa halus. Bungkusan kuning telur diremas-remas di dalam air, sehingga kuning telur tersebut tercampur dengan air yang disiapkan. Air untuk mencampur remasan kuning telur tersebut sekitar ¼ liter air untuk 1 telur.
            Setelah berbentuk larutan, masukkan makanan kuning telur tersebut ke dalam alat penyemprot untuk memudahkan pemberian makanan, atau dapat juga larutan tersebut dipercik-percikkan secara merata. Berikan larutan kuning telur 5 kali sehari. Kebutuhan kuning telur per hari adalah satu butir untuk benih sebanyak 100.000 ekor.
E. Panen benih ikan nila
            Benih nila dari kolam pedederan awal dapat ditangkap sebagian deni sebagian ataupun secara total. Untuk menagkap sebagian demi sebagian, kolam tidak usah dikosongkan airnya. Sebab, benih ikan nila yang masih kecil itu suka sekali bergerombol di dekat tepian kolam.Oleh karena itu, dengan mudah, mereka dapat ditangkap dengan seser atau saringan. Akan tetapi, menagkapnya harus hati-hati, agar air kolam tidak teraduk-aduk dan keruh berlumpur. Bila terjadi demikian, benih dapat mati karena sukar bernapas.
            Adapun untuk penagkapan total, kolam perlu dikosongkan airnya. Malam menjelang hari penangkapan, sumbat pipa pembuangan air dibuka. Apabila air sudah surut, anak ikan nila akan berkumpul di kamalir pada tengah kolam, serta kamalir-kamalir pembantu di kanan dan kirinya. Di dekat mulut pipa pembuangan air, digali sumur penampungan seluas 1 x 1 meter dan kedalaman sekitar 0,5 meter. Apabila air semakin surut, benih akan mengikuti aliran air melalui kamalir-kamalir kemudian masuk dan berkumpul dalam sumur penampungan.
            Apabila air hanya tinggal di kamalir dan sumur penampungan, usahakan pemasukan air baru agar benih ikan nila tidak sampai mati. Penangkapan selanjutnya tinggal menyeser dari kolam penampungan atau kamalir, tetapi janagan sampai air teraduk-aduk dan menjadi keruh sekali. Penagkapan harus sudah diselesaikan sebelum pukul 9 pagi. Sebab apabila hari semakin panas, kemungkinan besar banyak benih ikan nila yang mati karena kepanasan.
            Setelah benih ikan nila ditangkap semua, kolam ikan nila disiapkan untuk masa pemeliharaan berikut anak ikan nila. Tanah dasar diolah, dikeringkan kemudian diberi pupuk. Dengan demikian, apabila di pemijahan sudah ada lagi induk yang beranak, kolam pedederan sudah siap pakai.
F. Pengangkutan benih
            Pengangkutan ada bermacam-macam walaupun prinsip utamanya sama, yaitu membuat benih tetap hidup hingga tempat tujuan. Sistem pengangkutan sangat tergantung pada jarak, jumlah dan ukuran benih, serta alat ukur. Namun, pada dasarnya sistem pengangkutan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
a). Pengangkutan sistem terbuka
            Pengangkutan sistem terbuka merupakan cara angkut yang air dalam wadah angkutnya dapat kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya dapat dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh singkat. Alat angkutnya dapat berupa keramba atau ember. Sebenarnya cara ini sangat cocok untuk pengangkutan ikan ukuran konsumsi karena sirip-siripnya tidak akan menggangu alat angkut. Namun, pengangkutan benih pun masih dapat ditolerir.
1). Pengangkutan dengan keramba
            Keramba merupakan alat angkut dari anyaman bambu berlapis kertas yang diberi ter pada bagian dalam dan luarnya sehingga kedap air. Keramba berdiameter 70-100 cm dan tinggi 20 cm perlu diberi tutup. Alat ini sudah lama digunakan petani ikan, terutama di Jawa Barat.
            Untuk mengangkutnya, hanya dengan dipikul. Perlakuannya diawali dengan pengisian air bersih sebanyak sebagian keramba. Selanjutnya benih dimasukkan dalam keramba dan siap diangkut. Namun, sebelum diangkut, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu waktu pengangkutan, kerapatan ikan, dan penggantian air.
            Waktu yang tepat untuk pengankutan benih adalah pagi atau malam hari karena suhu udaranya masih rendah. Suhu rendah menyebabkan proses metabolime menurun sehingga benih tidak mudah stres dan tetap sehat.
            Kepadatan benih pun harus diperhatikan. Kalau terlalu padat, benih akan kekurangan oksigen dan air dalam wadah angkut mudah kotor. Kalau terlalu renggang, benih akan selamat sampai ke tempat tujuan, tetapi kurang efisien. Kepadatan tergantung dari ukuran benih seperti pada Tabel 1.
Tabel  1. Kepadatan Benih Ikan Nila Dalam Satu Keramba
Ukuran ikan (cm)
Kepadatan (ekor)
2-3
2.000-3.000
3-5
1.000-2.000
5-8
500-1.000

            Bila jarak angkut cukup jauh dan menyita waktu cukup lama, penggantian air mutlak diperlukan. Tujuannya agar kondisi air dalam keramba tetap baik. Penggantian air tidak sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit. Air yang digunakan harus bersih.
2). Pengangkutan dengan ember besar
            Wadah angkut berupa ember hanya dapat digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dalam satu kompleks perkolaman. Benihnya pun tidak boleh terlalu padat dan waktu tempuhnya tidak boleh terlalu lama. Bila waktunya lama, benih bisa menjadi mabuk. Jumlah benih yang dapat diangkut maksimal 500 ekor. Cara pengankutannya seperti pengangkutan dengan keramba.
b). Pengangkutan sistem tertutup
            Pengangkutan tertutup merupakan sistem angkut yang air dalam wadah ankutnya tidak kontak langsung dengan udara. Agar kebutuhan oksigen terpenuhi, setiap wadah diisi air dan oksigen dengan perbandingan sama.
            Sistem ini sangat cocok untuk pengankutan benih ukuran kecil karena wadah angkutannya tidak terganggu oleh siripnya. Ikan ukuran konsumsi tidak cocok digunakan karena siripnya dapat merusak wadah angkut. Jarak angkutnya dapat jauh atau waktu tempuhnya sekitar 8-12 jam. Wadah angkut yang digunakan adalah kantung plastic lebar 40-50 cm dan tinggi 60-80 cm dengan ketebalan 0,2-0,4 mm.
            Pengangkutan tertutup ini dipengaruhi oleh waktu, kepadatan, dan cara pengemasannya. Waktu pengangkutan yang baik adalah pagi atau malam hari. Untuk itu, lama pengangkutannya pun harus diperhitungkan agar suhu udara tetap rendah selama pengangkutan. Sebagai contoh, kalau lama pengangkutannya 8 jam maka waktu angkut sebaiknya pukul 22.00 agar tiba di tempat tujuan pukul 06.00.
            Kepadatan benih tergantung ukuran kantung. Benih berukuran kecil diangkut dengan kepadatan tinggi dibanding dengan berukuran besar. Kepadatan benihnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel  2. Kepadatan Benih Dalam Kantung Plastik Berdasarkan Ukuran Dan Lama Pengangkutan
Ukuran ikan (cm)
Kepadatan (ekor)
2-3
1.000-1.500
3-5
700-900
5-8
400-600
8-12
200-300
Keterangan :  - Lama pengankutan 6 jam dan volume air dalam setiap kantung sebanyak 5-10 liter.
            Pengankutan ini diawali dengan pemotongan kantung plastik sepanjang dua meter. Bagian tengah kantung diikat sehingga membentuk dua bagian. Salah satu bagiannya dimasukkan ke bagian lain sehingga kantung menjadi dua lapis dengan panjang sekitar satu meter. Selanjutnya kantung diisi air 20 liter dan diikuti pemasukan benih. Bila seluruh benih sudah dimasukkan, kantung diisi oksigen sebanyak 20 liter dan diikat karet hingga rapat, jangan ada kebocoran sedikit pun. Jumlah oksigen tersebut dapat bertahan hingga 8-10 jam. Tabung oksigen dapat diperoleh di took perlengkapan rumah tangga.
            Bila akan diangkut dengan pesawat udara, sebaiknya kantung dikemas dahulu dalam kotak sleroform (kotak dari bahan sintetis). Selanjutnya kotak tersebut dimasukkan dalam kardus. Biasanya bagian luar kardus sudah diberi label tentang jenis, jumlah, dan ukuran ikan serta tanggal pengiriman dan tujuannya.
Obat-Obatan
            Berbagai penyakit pada ikan nila dan pengobatannya :
1 . Penyakit bintik putik
            Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa incthyrius multifilis. Faktor penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air atau dan kontak langsung antarikan.
            Pengendalian serangan penyakit bintik putih adalah dengan menggunakan peralatan yang bersih dan steril, mempertahankan kualitas air tetap baik, dan mempertahankan suhu air agar tidak kurang dari 28oC. Jika jumlah ikan yang sudah terserang penyakit ini sedikit, ikan dicelupkan di dalam larutan garam dapur sebanyak 1-3 g/100 cc air selama 5-10 menit, atau Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gr dilarutkan di dalam 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali di dalam 4 liter air. Ikan yang sakit selanjutnya direndam di dalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan 3-5 kali dengan selang waktu satu hari.
2 . Penyakit penducle
            Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang biasa terjadi pada suhu 16oC. Penyebabnya adalah bakteri flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar enam micron. Ikan yang terserang penyakit ini tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, dan muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.
            Pengobatan dilakukan dengan cara merendam ikan nila yang sakit di dalam larutan Oxytetracycline 10 ppm selama 30 menit (100mg/l). Pengobatan juga dapat dilakukan melalui makanan yang dicampur dengan Sulfixazole. Dosis yang digunakan adalah 100 mg Sulfixazole untuk setiap 1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan Sulfixazole di dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Pakan tersebut kemudian dianginkan. Setelah kering, pakan diberikan berturut-turut selama 10-20 hari.
3 . Penyakit edward siella
            Penyebabnya adalah bakteri Edward siella yang berukuran 0,5-0,75 mikron. Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan muncul luka kecil pada kulit dan daging ikan, disertai dengan perdarahan. Luka tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah (absees). Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.
            Pengobatan dapat dilakukan dengan mencampur Sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200 mg Sulfamerazine untuk setiap 1 kg berat ikan. Sufamerazine diencerkan di dalam 1 m3 air bersih dan disemprotkan ke pakan. Pakan dianginkan hingga kering dan diberikan kepada ikan berturut-turut selama tiga hari.
4 . Penyakit gatal
            Penyakit yang sering menyerang benih ikan ini disebabkan oleh Trichodina sp. Bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang. Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan ke benda ke benda keras di dinding wadah.
            Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kepadatan tebar ikan dan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan. Ikan yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit. Bisa juga direndam di dalam larutan Malachyte Green Oxalate (MGO) 19 gram/m3 air selama 24 jam.
5 . Penyakit lerneae
            Penyebab penyakit ini adalah udang renik (Lerneae sp). Gejala yang tampak adalah munculnya parasit yang menempel di tutup insang, sirip, dan mata ikan. Parasit ini menyerang ikan dengan cara menusukkan tubuhnya, seperti sedang menyuntikkan jarum. Bentuk tubuhnya mirip kail pancing dan dapat dilihat dengan mata biasa, tanpa bantuan mikroskop.
            Cara penanggulangannya adalah dengan merendam ikan nila yang sakit di dalam 250 cc formalin yang diencerkan di dalam 1 m3 air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit dan diulang sebanyak tiga kali selama tiga hari. Penanggulangan secara mekanis dilakukan dengan cara mengankat tubuh ikan yang sakit secara hati-hati, kemudian menggunting parasit yang menancap di tubuh ikan tersebut. Lakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan luka baru pada tubuh ikan yang sakit.
6 . Penyakit kutu ikan (argulus)
            Penyebab penyakit ini adalah Argulus sp, yang termasuk golongan udang renik. Parasit penghisap darah ini sering dijumpai menempel pada insang, kulit, dan sirip ikan yang sakit. Gejalanya adalah tubuh ikan menjadi kurus, nafsu makan berkurang, dan muncul bercak merah di tubuhnya. Jika penyakit ini diabaikan, ikan akan mati karena darahnya terus dihisap oleh parasit.
            Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan mencelupkan ikan yang sakit ke dalam larutan garam (NaCl) dengan takaran 20 gram/liter air selama lima menit atau pada garam ammonia (NH4Cl) sebanyak 12,3 gram/liter air selama 5-10 menit.
            Penyebaran penyakit ini dapat dicegah dengan cara pengapuran kolam. Awalnya, kolam dikeringkan. Setelah kolam benar-benar kering, kapur ditabur dengan takaran 200 gram/m3 luas kolam.
Pupuk
            Pemupukan dalam pemeliharaan ikan nila sangat penting untuk kesuburan kolam. Kolam yang subur mengandung beragam jenis dan ukuran pakan alami dalam jumlah banyak. Pakan alami ini sangat penting dan bermanfaat terutama bagi larva yang memang organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Adanya pakan alami ini menyebabkan larva dapat hidup dengan baik dan tumbuh dengan cepat.
            Gizi pakan alami lebih komplit dan seratnya lebih halus dibanding pakan tambahan. Untuk dapat mendukung pertumbuhan larva atau ikan sebaiknya di dalam kolam ditumbuhi pakan alami yang harus memenuhi beberapa persyaratan di antaranya ialah :
1).Ukurannya kecil (lebih kecil dari bukaan mulut larva atau ikan),
2).Gizinya tinggi dan mudah dicerna,
3).Dapat bergerak, terapung, dan tersuspensi,
4).Mudah dibudidayakan dalam jumlah besar,
5).Dapat dibudidayakan dengan biaya murah, serta,
6).Merupakan pemanfaatan sumber daya alam sekitar.
            Salah satu cara untuk menyuburkan kolam dengan pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan atau dedaunan, sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat dengan komposisi bahan kimia tertentu. Kandungan nutrien pupuk organik lebih komplit dibanding pupuk anorganik.
            Pupuk organik dari hewan (ternak) yang dapat dipilih meliputi kotoran ayam, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran puyuh, dan kotoran sapi. Dosisnya antara 500-1.000 g/m2 dan diberikan dengan cara disebar ke seluruh bagian dasar kolam. Untuk pupuk organik dari dedaunan yang dapat dipilih meliputi daun kipahit, petai cina, dadap solo, dadap laut, orak-orak, waru, jarong, herendong, kadoya, pingku, dan daun harerang.
            Selain pupuk organik, sebaiknya kolam perlu diberi pupuk anorganik. Beberapa jenis pupuk anorganik yang dapat digunakan adalah urea, TSP, NPK, dan ZA. Dosis masing-masing pupuk 25 g/m2. Pemberiannya pun dengan cara disebar ke dasar kolam.
            Setelah diberi pupuk, pada hari yang sama kolam diairi hingga mencapai ketinggian tiga perempat bagian kolam. Bila ketinggian air sudah mencapai yang diinginkan, aliran air ke kolam dapat dihentikan.
            Kesuburan kolam akan meningkat, kalau bubur lumpur di dasar kolam sudah cukup tebal, lebih kurang 10 cm. Lumpur yang lebih tebal daripada 10 cm, akan menggangu kehidupan jasad renik, makanan alami ikan nila.
Cara Pemupukan
            Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik sebanyak 300-1.000 kg/ha. Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Hari kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis. Pupuk susulan ini menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu dibagi menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Kemudian keranjang diletakkan di dasar kolam, dua bush di kin dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Sedangkan yang dua keranjang lagi diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar keluar pupuk sedikit demi sedikit.
Alat
            Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala yang berguna untuk menjaring ikan, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser untuk menangkap benih ikan nila, ember-ember untuk tempat penampungan sementara ikan nila, baskom berbagai ukuran untuk tempat pengankutan ikan nila, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg) untuk menimbang berat ikan nila hasil produksi, cangkul berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam pembuatan kolam, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi). Semua alat-alat tersebut dapat ditemukan di toko-toko bangunan ataupun toko yang menjual alat-alat perikanan.
Tenaga Kerja
Jika petani ikan nila membudidayakan ikan nila dalam skala besar, tentunya membutuhkan tenaga kerja yang besar. Secara umum terdapat 2 klasifikasi tenaga kerja yaitu, tenaga kerja kasar untuk pembuatan kolam dan pemeliharaan kolam dengan upah harian bruto berkisar Rp 20.000 dan tenaga kerja yang terlatih untuk melakukan panen benih ikan dan ikan konsumsi dengan upah harian Rp 25.000. Kebutuhan tenaga kerja seluruhnya dipenuhi oleh penduduk lokal. Jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada jumlah kolam namun umumnya tidak terlalu banyak karena biasanya dikerjakan sendiri oleh pembudidaya dan kebanyakan hanya menggunakan tenaga harian sebagai tenaga tambahan. Peran usaha budidaya ikan nila dalam menyumbang kepada pendapatan daerah adalah melalui retribusi dan pajak penghasilan.
Pengendalian Tenaga Kerja
Agar pelaksanaan proses produksi dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan harus disiapkan terlebih dahulu, maka perlu disiapkan pula tenaga kerja sesuai dengan yang diperlukan. Hal-hal yang perlu disiapkan berkaitan dengan tenaga kerja ini, adalah : jumlah tenaga kerja yang diperlukan, syarat-syarat ketrampilan, rencana latihan yang diperlukan, menciptakan semangat dan gairah kerja dengan jalan  penentuan gaji/ upah, serta kondisi kerja yang baik dalam rangka perawatan tenaga kerja yang baik.
Persiapan Kolam
            Tempat yang digunakan untuk usaha budidaya ikan nila bergantung pada fungsi kolam apakah untuk pembibitan ikan nila atau pemeliharaan ikan nila hingga benih ikan nila tesebut berukuran 12 cm. Untuk itu, perlu disediakan kolam yang memenuhi persyaratan berikut.
            Kolam harus memiliki ketersediaan air yang cukup, air yang bermutu baik dan jumlah air yang tersedia harus ada terus-menerus. Apabila tidak ada air selama beberapa hari saja, pertumbuhan ikan nila yang dibudidayakan akan terhambat. Air dari kolam ikan nila harus terhindar dari pencemaran limbah yang membahayakan bagi kelangsungan budidaya ikan nila maupun limnah yang dapat membahayakan kesehatan konsumen ikan yang diproduksi.
            Kolam yang diusahakan harus bebas dari gangguan banjir atau hujan lebat. Karena itu, pematangnya harus cukup tinggi, lebar, dan kuat. Untuk kolam yang luasnya lebih dari 2 are, lebar pematang bagian atas paling sedikit 1 meter, sedangkan lebar bagian bawahnya 1,5 meter. Apabila luas kolam kurang dari 2 are, atau sekitar 2 are, tinggi pematang bagian atas berkisar antara 1/3 sampai 2/5 kali lebar pematang bagian bawah.
            Pengisian air baru yang mengalir terus-menerus tidak diperlukan untuk usaha budidaya ikan nila. Sebab, ikan nila dapat hidup baik di kolam yang airnya tergenang. Oleh karena itu, kolam tadah hujan pun masih cukup baik untuk usaha budidaya ikan nila. Bahkan dalam kolam yang mendapatkan air limbah dari kota, pertumbuhan ikan nila dapat lebih cepat dan produksinya lebih tinggi. Akan tetapi, kandungan limbah pada air itu tidak boleh terlalu banyak mengandung zat-zat beracun bagi ikan dan manusia sebagai konsumennya.
            Di sepanjang pematang dapat ditanam pohon-pohon peneduh yang mempunyai manfaat ganda. Selain berguna sebagai peneduh, pohon-pohon tersebut dapat juga berguna untuk keperluan lain. Misalnya daun, bunga, atau buahnya dapat dimakan, atau digunakan sebagai obat atau sebagai pakan ternak. Untuk itu, pada pematang bisa ditanam pisang, turi, kelor, lamtoro, jambu klutuk, atau jambu mete.
            Agar tidak mudah terkikis oleh air hujan, pematangnya dapat juga ditanami rumput. Lebih baik lagi apabila yang ditanam rumput gajah ataupun rumput benggala yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Pada kolam yang bisa mendapatkan air dari sungai atau saluran irigasi, dengan sendirinya perlu dibuat pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air. Pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air dapat berupa pipa dari bambu, pipa paralon (PVC), pipa beton ataupun pasangan bata dan semen.
            Pintu pengeluaran dapat berupa pipa bambu, tempolong lutut, atau monik. Guna mencegah masuknya ikan liar atau ikan buas seperti gabus, lele, atau belut sebagai pemangsa. Untuk mencegah larinya ikan nila yang dipelihara keluar kolam, pintu-pintu itu harus dilengkapi dengan saringan. Ini dapat berupa serumbung bambu, kasa kawat, kasa nilon, ataupun saringan lainnya.
            Diantara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air dibuat kamalir atau saluran tengah, yang lebarnya sekitar 50 cm dan dalam antara 20-30 cm. Bila perlu, di sepanjang tebing pematang dapat pula dibuatkan saluran keliling. Saluran ini berguna waktu penangkapan hasil dengan cara pengeringan kolam.
Pemilihan Lokasi Untuk Budidaya
            Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi budidaya adalah sebagai berikut :
a). Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa
air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding
kolam.

b). Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara
3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

c). Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d). Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran
akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air
disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung
Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan
ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan dan diukur
 dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak,
angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm..

e). Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi
perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang
biak dengan baik di air arus deras.

f). Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara
6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.

g).Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat celcius.

h).Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
Pembuatan Kolam
            Setelah lokasi kolam ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pembuatan kolam. Pembuatan kolam meliputi bagaimana dan untuk apa jenis kolam ikan tersebut dibuat. Berapa ukurannya serta berapa banyak jumlah kolam yang akan dibuat. Kolam-kolam yang diperlukan dalam kegiatan pembenihan ikan nila adalah kolam induk, kolam pemijahan, kolam penetasan telur, kolam pendederan, serta kolam pembesaran, jika akan dipelihara langsung.
1.      Kolam induk ikan nila harus lengkap. Kolam yang dibuat seluas sekitar 500-1.000 meter persegi, dan kolam yang dibuat berupa kolam air tenang, diharapkan dapat dengan mudah dalam menyeleksi induk ikan nila yang matang telur. Keperluan kolam induk bergantung pada banyaknya induk ikan nila yang akan dipelihara. Sebagai patokan, jika kolam induk berupa kolam air tenang dan makanan untuk ikan nila hanya bergantung pada makanan alami hasil pemupukan di kolam, serta makanan tambahan berupa dedak halus, maka setiap 100 kg induk ikan nila memerlukan kolam induk seluas 1.000 m2. Jika makanan yang diberikan berupa makanan ikan atau pelet berkadar protein sekitar 25% dan aliran air dari sumbernya cukup, unutk 100 kg induk ikan nila, diperlukan kolam seluas 150-200 m2. Calon induk ikan nila dapat juga dipelihara di kolam air deras.
Bentuk kolam induk ikan nila sebaiknya persegi panjang. Ukuran pematang, lebar atas 0,5-1,0 m, tinggi 1,0-1,5 m, dan kemiringan untuk tanah lempung seimbang. Karena ketika ikan nila mencari makan seringkali merusak pematang, sebaiknya pematang dilapisi papan, bambu, tembok atau penguat lainnya.
Pelataran atau dasar kolam ikan nila dibuat miring ke arah pembuangan air, dengan kemiringan sekitar 1o. Saluran pemasukan dan pengeluaran air kolam harus dilengkapi papan pengatur debit air yang disebut monik. Bangunan monik terdiri dari pipa pengatur air, bangunan berbentuk kolam tempat saringan dan papan pengatur ketinggian air atau sekat balok. Untuk kolam seluas 1.000 meter persegi, diperlukan satu buah monik dengan ukuran lebar 75 cm dan pipa pengatur air berdiameter 6 inci atau sekitar 15 cm.
2.      Kolam pemijahan ikan nila biasanya berbentuk kolam air tenang, tetapi dapat pula disediakan kolam khusus pemijahan tersendiri. Tempat pemijahan dapat berupa kolam-kolam yang terbuat dari tanah atau kolam yang terbuat dari tembok. Ukuran kolam atau bak pemijahan ikan nila bergantung pada banyaknya induk ikan nila yang akan dipijahkan atau dikawinkan dalam satu kali pemijahan.
Dasar kolam miring ke arah pembuangan, untuk memudahkan pengeringan kolam. Saluran atau pintu pemasukan air dapat pula terbuat dari pipa paralon dan pintu pengeluaran dapat pula berbentuk pipa sifon atau pipa tegak yang terdiri dari bangunan tempat saringan dan pipa pengatur air yang berbentuk siku-siku.
Pipa dapat diatur kemiringannya. Bila posisi tegak, ketinggian air dalam kolam maksimal. Semakin pipa miring, semakin rendah ketinggian air di dalam kolam. Kolam atau bak pemijahan bila tidak digunakan untuk kegiatan pemijahan, dapat dimanfaatkan untuk menampung anak ikan nila yang baru menetas.
3.      Bentuk kolam pendederan disesuaikan dengan keadaan tempat. Kalau memungkinkan sebaiknya kolam pendederan berbentuk persegi panjang. Untuk memudahkan pengelolaan kolam dan pemanenan benih, sebaiknya kolam pendederan pertama berukuran 250-500 m2 per petak, dan kolam pendederan selanjutnya berukuran 500-2500 m2 per petak.
Pematang kolam pendederan, dan kemiringan untuk tanah disesuaikan. Buat pintu air untuk pemasukan air dan pintu air untuk pengeluaran air. Pintu pengeluaran air tersebut dapat berbentuk monik atau berbentuk lainnya yang memungkinkan pengeluaran air dari kolam dapat diatur.
Pada tanah di dasar kolam dibuat saluaran dasar yang disebut kamalir dan sumur kolam atau kubangan kolam yang dibuat di dasar kolam untuk berkumpulnya ikan pada saat panen. Kamalir dan kubangan berguna untuk memudahkan panangkapan ikan waktu ikan nila dipanen. Untuk dasar kolam, tanah di dasar kolam harus miring atau tumpah ke arah pembuangan air.
Pengolahan dasar kolam
            Setelah pematang selesai diberi saluran pengeluaran air, walaupun hanya berupa berumbung atau pipa bambu atau pipa paralon saja, pematang tersebut harus diuji. Kalau sudah bagus, langkah selanjutnya adalah pengolahan dasar kolam.
            Kalau kolam kecil, dasar kolam cukup dicangkul saja, tetapi kalau ukuran kolam besar, gunakan bajak untuk mengolah tanahnya.
            Sebelum kolam diisi air, tanah dasarnya perlu diolah lebih dahulu. Maksudnya agar bisa terbentuk lumpur yang baik setebal 10 cm. Lumpur yang terlalu tebal kurang baik karena dapat menggangu kehidupan jasad renik pakan ikan. Lumpur yang baik adalah yang banyak mengandung bahan organik (hancuran sisa-sisa hewan dan tumbuhan). Lumpur ini banyak mengandung bakteri, cendawan, dan protozoa. Jasad-jasad renik ini berjasa besar dalam proses penguraian bahan organik menjadi mineral.
            Sebuah kolam yang sudah bertahun-tahun umurnya, dengan sendirinya akan lebih tinggi kesuburannya, daripada kolam yang baru saja dibangun, karena terbentuknya lumpur organik yang hidup tersebut.
            Untuk mengetahui, apakah lumpur dasar kolam sudah cukup ramai dihuni oleh jasad renik, kita harus mengambil contoh lumpur itu. Bila kolam sudah tergenang air selama kira-kira satu minggu, dengan menggunakan sebatang tabung, air itu diambil kemudian diperiksa lumpurnya di atas piring email putih. Kalau hanya berupa gumpalan tanah atau hanya sisa tumbuhan yang mati saja, lumpur itu belum hidup.
            Apabila dasar kolam belum banyak mengandung bahan organik, beri pupuk, yaitu pupuk kandang (20 kg/are), kompos jerami (30-40 kg/are), atau pupuk hijau (40 kg/are), dan dapat pula menggunakan pupuk buatan. Pemupukan ini perlu dilakukan setiap kali kolam baru saja dikeringkan.
            Bila pemupukan kolam telah selesai, kolam dapat diisi air. Air yang dimasukkan tidak terlalu banyak, sekedar membuat becek saja. Sehari kemudian, dasar kolam yang becek itu ditanami tumbuhan air, seperti hydrilla najas, atau ceratophyllum. Ganggang ini berguna sebagai tempat menempel jasad-jasad penempel yang nanti akan tunbuh dan menjadi pakan bagi ikan nila. Sebagai bibit, gunakan stek sepanjang 20 cm, yang ditanam dengan jarak tanam 40 x 40 cm. Tidak seluruh dasar kolam ditanami stek ganggang, tetapi secukupnya saja.
Pembesaran Ikan Nila
            Hasil pendederan belum cukup dijadikan ikan konsumsi karena ukurannya baru mencapai 15-20 g. Sementara untuk konsumsi lokal umumnya sudah berukuran 150-250 g dan untuk ekspor 500 g. Untuk itu, hasil dari pendederan ini perlu dipelihara di tempat pembesaran. Oleh karena itu, pembesaran dapat diartikan sebagai kegiatan pemeliharaan hingga mencapai ukuran konsumsi.
            Masa pembesaran biasanya lebih lama dibanding pendederan, yaitu sekitar 3-6 bulan atau tergantung kebutuhan pasar. Bila dalam waktu tertentu pasar sudah membutuhkannya dan ukurannya sudah dianggap layak jual, ikan tersebut dapat dipanen dan dijual.
1). Pembesaran di kolam dan tambak
            Tempat pemeliharaan nila di kolam dan tambak dapat dilakukan secara monokultur dan terpadu dengan ayam petelur. Berikut diulas secara rinci masing-masing sistem pembesaran nila tersebut.
a.       Pembesaran secara monokultur
Ada tiga macam cara pembesaran nila secara monokultur pada kolam dan tambak, yaitu monosekskultur jantan, monosekskultur betina, dan monokultur jantan dan betina. Masing-masing cara pembesaran ini memiliki tujuan yang berbeda. Monosekskultur jantan bertujuan untuk memperoleh tingkat pertumbuhan yang tinggi. Tingkat pertumbuhan nila jantan dapat mencapai 0,823%-1,430% per hari, sedangkan betina hanya 0,412%-0,648% per hari. Sementara monosekskultur betina bertujuan untuk memperoleh calon induk yang baik karena perkawinan muda dapat dicegah.
Pada dasarnya pembesaran nila secara monokultur mulai dari persiapan kolam sampai pemanenan sama dengan pendederan. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran ikan yang ditebar, kepadatan, dan masa pemeliharaannya.
Benih yang dibutuhkan dalam pembesaran secara monokultur ini berukuran panjang 8-10 cm atau berat 15-20 g. Bila pembesarannya akan dilakukan secara monosekskultur, baik jantan maupun betina, benihnya dapat diperoleh dari hasil kegiatan seksreversal atau pengubahan jenis kelamin.
Penebaran sebaiknya pagi hari dengan kepadatan 10-15 ekor/m2. Namun, sebelum ditebar, benih sebaiknya ditimbang terlebih dahulu agar dapat ditentukan jumlah pakan tambahan yang akan diberikan. Namun, penimbangan bukan dilakukan untuk seluruh benih, tetapi hanya contoh benihnya saja.
Bila pembesaran nila akan dilakukan di tambak, benih harus diadaptasikan terlebih dahulu sebelum ditebar. Tujuannya agar benih tidak stres setelah ditebar karena kadar garam air tawar dan air payau sangat berbeda.
Pengadaptasian benih dilakukan bertahap dalam bak ukuran 2 m x 4 m x 1 m. Caranya ialah tambahkan sedikt demi sedikit air payau ke dalam bak dan biarkan selama enam jam atau tergantung kadar garam air payau. Pada air payau dengan kadar garam tinggi atau pada saat musim kemarau akan lebih lama dibanding pada kadar garam rendah atau saat musim hujan. Namun, biasanya pengadaptasian ini cukup dilakukan selama 1-2 hari hingga benih sudah tidak mengalami stress.
Berbeda dengan pendederan, pakan tambahan mutlak diperlukan pada kegiatan pembesaran. Meskipun penumbuhan pakan alami sudah dilakukan melalui pemupukan, namun jumlahnya masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, pemberian pakan tambahan harus dilakukan setiap hari selama masa pemeliharaan. Pakan tambahan berupa pellet dengan dosis 3% berat ikan per hari. Sementara pembesaran di tambak terkadang tidak diberi pakan tambahan. Petani beranggapan ikan akan tumbuh dengan baik tanpa diberi pakan, seperti pada ikan mujair.
Selama masa pemeliharaan, petani tidak ingin hal-hal merugikan terjadi. Untuk itu, pengontrolan harus dilakukan setiap hari, terutama pada air masuk, pematang, dan kondisi ikan. Bila ada serangan penyakit, tindakan pencegahan dan pengobatan harus segera dilakukan agar tidak cepat menyebar.
Masa pemeliharaan di kolam dan di tambak dilakukan selama 4-6 bulan karena ikan sudah mencapai ukuran konsumsi. Bila kondisi selama pembesaran baik, tingkat keberhasilannya dapat mencapai 85%. Pembesaran di kolam berukuran 2.000 m2 dapat menghasilkan ikan konsumsi 2 ton dari berat tebar rata-rata 300 kg, sedangkan di tambak dapat menghasilkan ikan 3-4 ton.
b.      Pembesaran secara terpadu dengan ayam petelur
            Pada prinsipnya pembesaran nila secara terpadu dengan ayam petelur sama dengan pada pendederan secara terpadu. Perbedaannya terletak pada ukuran ikan yang ditebar, kepadatan, pemberian pakan tambahan, lama pemeliharaan, dan kedalaman air kolam yang hanya 80-120 cm.
            Benih yang ditebar pada kegiatan pembesaran ini berukuran 8-10 cm atau 15-20 g/ekor. Semrntara padat penebarannya sekitar 10-15 ekor/m2. Seperti juga pada pedederan dan sistem pembesaran lainnya, ikan perlu ditimbang sebelum ditebar.
            Untuk pakan tambahan berupa pellet, pemberiannya mutlak diperlukan. Ini disebabkan sisa-sisa pakan ayam yang terbuang ke dalam kolam tidak cukup untuk digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan ikan. Namun,dosis per harinya cukup 2% bobot ikan. Pemberiannya dilakukan saat ikan lapar sehingga tidak banyak pakan yang terbuang.
            Seperti pembesaran secara monokultur, pengontrolan selama masa pemeliharaan pun mutlak diperlukan agar kondisi kolam dan ikan tetap terjaga. Aliran air harus tetap kontinu dan cukup. Bila aliran air sedikit, ikan akan mabuk karena kandungan amoniak dalam kolam menjadi sangat tinggi. Amoniak ini berasal dari kotoran ayam yang berlebihan.
            Masa pemeliharaan nila secara terpadu dapat belangsung selama 3-4 bulan. Bila kondisinya baik, kolam seluas 1.000 m2 dapat menghasilkan ikan konsumsi sebanyak 1-1,5 ton.
c.       Pembesaran di tambak
Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
            Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya.  Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah.  Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2.  Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.  Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
            Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan.  Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2.  Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
            Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus berkualitas dengan komposisi protein minimal 25%.
            Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
            Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
            Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam bulan.  Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser.  Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan.  Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima.  Selainitu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
            Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar.  Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.
Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
Pemanenan Ikan Nila
            Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen
sebagian.

a) Panen total

Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga
ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat
seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga
memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat
keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang
halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari
lukanya ikan.

b) Panen sebagian atau panen selektif

Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan
dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan
yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum
dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan
larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
Penanganan Pasca Panen
            Ikan yang baru dipanen ada yang dapat langsung dijual dan ada yang harus ditangani lebih lanjut. Penanganan hasil panen ini dilakukan untuk memenuhi standar permintaan pasar. Ikan yang memenuhi standar dapat dijual dengan harga menguntungkan. Beberapa kegiatan penanganan hasil panen meliputi seleksi, penimbangan,pemberokan, dan pengangkutan.
1). Seleksi
            Dalam satu periode pemeliharaan biasanya ukuran ikan sangat beragam. Untuk itu, ikan perlu diseleksi dan dipisahkan menurut ukuran. Ikan yang berukuran kecil atau tidak memenuhi standar pasar sebaiknya dipelihara kembali dalam kolam pembesaran.
            Penyeleksian ikan ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan panen. Ikan dari kolam atau tambak sebaiknya diseleksi saat berada dalam hapa. Caranya dengan menggiring ikan ke salah satu sudut hapa, lalu diseleksi satu per satu.
2). Penimbangan
            Sebelum dijual, ikan yang sudah diseleksi perlu ditimbang untuk mengetahui bobot ikan dari satu periode pemeliharaan. Dari bobot tersebut dapat diketahui pendapatan dan keuntungan yang bakal diperoleh.
            Penimbangan dilakukan bertahap atau sedikit demi sedikit. Ikan yang akan ditimbang dimasukkan dalam jeliken plastic yang sudah dibuka bagian atasnya sebagai tempat memasukkan ikan. Bagian bawah dan pinggirnya dilubangi 1-2 cm agar air dapat keluar saat penimbangan. Pengambilan ikan yang akan ditimbang dilakukan dengan jaring. Setelah ditimbang, ikan dimasukkan dalam wadah berbeda.
3). Pemberokan
            Pemberokan dapat diartikan sebagai kegiatan penyimpanan sementara sebelum ikan dipasarkan dengan tujuan untuk membuang kotoran dalam tubuh ikan. Pemberokan harus dilakukan terutama ikan konsumsi yang akan diangkut ke daerah lain. Cara ini dapat menyebabkan air dalam wadah angkut tidak kotor.
            Pemberokan dapat dilakukan dalam bak atau hapa. Ikan tidak boleh diberi makanan selama proses pemberokan. Tujuannya agar ikan tidak mengeluarkan kotoran lagi. Pemberokan sebaiknya dilakukan selama 1-2 hari.
4). Pengangkutan
            Ikan konsumsi dapat diangkut dengan berbagai cara, tergantung tujuan pasar. Nila dapat dijual ke pasar lokal, luar daerah, dan ekspor. Pasar lokal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitar lokasi pemeliharaan seperti pasar kecamatan atau kabupaten. Pasar luar daerah untuk memenuhi kebutuhan daerah atau propinsi lain. Sementara pasar ekspor untuk kebutuhan negara lain. Dengan ekspor diharapkan keuntungannya akan lebih besar dan dapat menambah devisa negara.
a). Pengankutan untuk pasar lokal
            Pengankutan nila untuk pasar lokal biasanya menggunakan jeliken plastic kecil berukuran panjang 30 cm, lebar 25 cm, dan tinggi 40 cm. Bagian permukaan yang paling lebar (40 cm x 30 cm ) dilubangi untuk memasukkan dan mengeluarkan ikan. Agar lebih mudah diangkut, jeliken diberi tali plastik.
            Jeliken yang sudah disiapkan diberi air sebanyak ¾ bagian untuk menampung sebanyak 5-10 kg ikan. Pengankutan ini biasanya hanya dilakukan untuk jarak tempuh 5-10 km atau waktu tempuh selama 1 jam. Alat angkutnya dapat berupa kendaraan roda empat. Namun, umumnya ikan diangkut dengan cara dipikul. Selama pengankutan, ikan tidak perlu diberi oksigen. Waktu yang tepat untuk mengangkut ikan sebaiknya menjelang subuh.
b). Pengankutan untuk pasar luar deaerah
            Pengankutan nila untuk pasar luar daerah dapat menggunakan tong plastik berukuran tinggi 80 cm dan diameter 50-60 cm yang dapat mengangkut 40-50 kg ikan. Tutupnya harus dapat dibuka atau ditutup. Jarak tempuh sekitar 60-120 km selama 1-2 jam. Alat angkutnya berupa kendaraan roda empat. Waktu yang tepat untuk mengangkut ikan sebaiknya pada pagi atau malam hari.
            Ikan untuk pasar luar daerah dapat langsung dijual ke konsumen atau disimpan untuk beberapa waktu. Kalau akan dijual langsung ke konsumen, harus digunakan hancuran es pada wadah angkut. Sementara kalau akan disimpan, harus digunakan air pada wadah angkut. Namun, wadah angkutnya mutlak memerlukan aerasi untuk menyuplai oksigen. Aerasi bekan berasal dari aerator, tetapi dari tabung oksigen yang dihubungkan langsung ke air dalam tong.
            Sebelum air dan ikan dimasukkan, tong plastik harus diletakkan dahulu dalam kendaraan angkut. Wadah yang berisi air akan sulit dipindahkan ke kendaraan angkut. Setelah tong siap, tabung oksigen diletakktan di dekat tong untuk memudahkan pemasukan  selang ke dalam tong.
            Oksigen dialiri ke dalam tong sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Biasanya satu tabung oksigen dapat tahan selama 90-120 menit sehingga perlu disediakan  tabung cadangan. Selama pengankutan, control harus dilakukan. Bila airnya sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih.
            Setelah tiba di tempat tujuan, air dalam tong dikurangi agar ikan mudah ditangkap. Walaupun air dikurangi, aerasinya harus tetap dihidupkan. Kalau ikan akan disimpan dahulu, sebelumnya kondisi air dalam tong harus disesuaikan dengan kondisi tempat penyimpanan sementara. Caranya dengan memasukkan air dari tempat penyimpanan sementara ke dalam tong sedikit demi sedikit sehingga suhu air sama dengan tempat penyimpanan. Bila suhu sudah sesuai, ikan dapat ditangkap sedikit demi sedikit dan dimasukkan ke tempat penyimpanan sementara. Di tempat penyimpanan sementara tersebut airnya harus tetap mengalir.
c). Pengankutan untuk pasar ekspor
            Berbeda dengan pasar lokal dan luar negeri, ikan yang diangkut untuk ekspor tidak utuh, tetapi harus diolah terlebih dahulu menjadi bentuk fillet (dagingnya saja). Biasanya fillet dikemas dalam plastik dan dimasukkan dalam kontainer yang ukurannya sesuai dengan berat fillet. Untuk mendapatkan ikan bentuk fillet, dilakukan pengolahan sebagai berikut.
1. Cuci ikan dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dan lender pada tubuhnya.
2. Buang sisik di tubuhnya, kepala, dan isi perutnya dengan menggunakan pisau.
3. Belah bagian punggung ke arah ekor, lalu lanjutkan ke arah  ekor hingga dagingnya terangkat.
4. Bersihkan sekali lagi daging tersebut dari duri dan sisa isi perut
5. Kuliti tubuhnya untuk mendapatkan dagingnya saja dengan cara potong daging bagian ekor      dan dorong ke arah depan.
6. Cuci sekali lagi dengan larutan chlor 20 mg/I, lalu bilas dengan air bersih.
7. Padatkan daging yang sudah bersih ke dalam cetakan alumunium, lalu letakkan dalam baki.
8. Simpan fillet dalam ruangan dingin untuk dibekukan dengan suhu harus mencapai -18o  C.
Teknologi Budidaya yang Digunakan dan Berkembang
Teknologi Mina Padi Ikan Nila
            Salah satu optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan petani adalah dengan merekayasa lahan dengan teknologi tepat guna. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke sistem diversifikasi pertanian, misalnya menerapkan teknologi budidaya Mina Padi. Dengan adanya pemeliharaan ikan di persawahan selain dapat meningkatkan keragaan hasil pertanian dan pendapatan petani juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan air juga dapat mengurangi hama penyakit pada tanaman padi.
Sistem usaha tani minapadi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu. Selain menyediakan pangan sumber karbohidrat, sistem ini juga menyediakan protein sehingga cukup baik untuk meningkatkan mutu makanan penduduk di pedesaan.Dengan teknologi yang tepat, minapadi dapat memberi pendapatan yang cukup tinggi. Keuntungan yang didapat dari usahatani minapadi berupa peningkatan produksi padi dan ikan, mengurangi penggunaan pestisida, pupuk anorganik, penyiangan dan pengolahan tanah. Dan dengan meningkatnya produksi ikan nila, diharapkan kesejahteraan petani meningkat dan mengurangi angka pengangguran.
Keuntungan yang didapat oleh petani dalam program minapadi adalah :
1.       Meningkatkan kesuburan sawah akibat banyaknya kotoran ikan, yang dapat menjadi pupuk  alam.
2.      Meningkatkan penghasilan petani, selain hasil padi, ada juga hasil tambahan dari usaha budidaya ikan nila.
3.      Meningkatkan daya guna sawah, memberi kesempatan untuk bekerja pada masyarakat, dan menambah sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi keluarga petani yang melaksanakan kegiatan dan masyarakat umum.
Adapun manfaat ikan yang dibudidayakan di sawah dalam bentuk minapadi di antaranya adalah :
1.      Membantu petani untuk menghemat biaya produksi, yaitu mengurangi penggunaan pestisida
2.      Ikan nila yang dibudidayakan akan memangsa serangga, ulat, dan hama yang menyerang padi. Selain itu, ikan juga mengurangi tumbuhnya gulma di sawah, karena gulma di sawah oleh ikan digunakan sebagai pakan tambahan. Keadaan air dan banyaknya ikan dapat mengurangi pertumbuhan gulma yang dapat merusak.
3.      Mengurangi penggunaan insektisida, karena ikan secara biologis bisa mengurangi serangga hama padi seperti hama wereng, ulat dan lainnya.
4.      Ikan nila membantu mengurangi penggunaan insektisida dengan cara memakan hama padi. Hama padi ini menjadi makanan tambahan bagi ikan. Jika sawah yang digunakan budidaya ikan merupakan daerah tempat kejadian serangan hama, penggunaan obat-obatan pembunuh hama harus berpatokan pada aturan penggunaan yang seharusnya.
Usaha Manipadi Ikan Nila
1. Pemilihan Benih
 a. Benih padi
  • Varietas : Ciherang sesuai dengan kebutuhan benih (25 kg/ha)
  • Umur bibit 15-21 hari
  • Sistem tanam jajar Legowo 2:1
 b. Benih ikan
  • Kriteria: ikan yang memiliki pertumbuhan cepat, disukai konsumen, nilai ekonominya tinggi, tahan terhadap perubahan lingkungan dan diutamakan yang tidak berwarna cerah untuk menghindari serangan hama terutama hama burung.
  • Jenis ikan : Nila (ukuran 5-8 cm)
2. Persemaian
  • Persemaian seluas 5% luas lahan yang akan ditanami.
  • Tanah diolah sempurna, diratakan, bersih dari rumput
  • Dibuat bedengan-bedengan selebar 2-4 m.
  • Pemeliharaan persemaian seperti pada cara tanam padi biasa.
  • Umur persemaian 15-21 hari.
3. Persiapan Lahan
 a. Pembersihan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman
 b. Pengolahan tanah
  • Tanah diolah sempurna (2 kali bajak dan 2 kali garu), dengan kedalaman olah 15-20 cm
  • Bersamaan dengan pengolahan tanah dilaksanakan perbaikan pintu pemasukan/ pengeluaran dan perbaikan pematang, jangan sampai bocor.
 c. Pembuatan caren
  • Caren berfungsi sebagai tempat pelindungan ikan pada saat aplikasi pupuk atau pengendalian hama penyakit.
  • Pembuatan caren palang dan melintang pada saat pengolahan tanah terakhir, lebar 1 m dengan kedalaman 30 cm.
  • Pada titik persilangan dibuat kolam pengungsian ukuran 1x1 m dengan kedalaman 30 cm.
  • Pada setiap pintu pemasukan dan pengeluaran air pada setiap petakan dipasang saringan kawat dan slat pengatur tinggi permukaan air menggunakan bambu.
4. Penanaman padi
  • Cara tanam adalah jajar legowo 2:1. (setiap dua barisan tanam terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, tetapi jarak dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm) Untuk mengatur jarak tanam, digunakan caplak ukuran mata 20 cm. Pada jajar legowo 2:1 dicaplak kearah memanjang saja.
  • Penanaman padi dilaksanakan pada saat bibit berumur 17 hari.
  • Setiap rumpun terdiri dari 2-3 batang.
5. Penebaran benih ikan
  • Waktu : tanaman padi berumur 10-15 HST (setelah penyiangan pertama dan pemupukan dasar) pada sore atau pagi hari.
  • Jumlah benih ikan : 4300 ekor, terdiri dari benih Nila 2700 ekor dan Bawal 1600 ekor (Padat tebar ikan 5-10 ekor/m2 )
6. Pengaturan air
  • Pengaturan air macak-macak dilakukan pada saat tanam sampai 3-4 HST.
  • Tinggi air cukup 3-5 cm dari permukaan tanah.
  • Pengaturan air macak-macak juga dilakukan pada saat aplikasi pupuk dasar dan susulan.  Pintu pemasukan dan pengeluaran air pada saat aplikasi pupuk supaya ditutup agar pupuk tidak hanyut terbawa air.
  • Setelah 10-15 HST (sesudah penyiangan dan pemupukan susulan pertama) air dimasukkan mengikuti pertumbuhan tanaman.
  • Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang saringan dari kawat atau anyaman bambu untuk mencegah keluarnya ikan yang dipelihara dan mencegah ikan liar masuk ke dalam petakan.
  • Pada pintu pengeluaran air perlu dipasang pelimpasan air untuk menahan air sesuai dengan kebutuhan dan membuang air yang berlebihan pada saat terjadi hujan.
7. Pemupukan 
a) Pemupukan Dasar
  • Pupuk kandang/kotoran ayam : 1-2 t/ha sebagai pupuk dasar diberikan sesudah pengolahan tanah.
  • Pemupukan N (Urea) dengan bagan warna daun (BWD). Takaran pupuk : berdasarkan rekomendasi pupuk setempat.
  • Takaran pupuk P dan K : berdasarkan kadar atau status hara P dan K tanah. Untuk tanah dengan kandungan P rendah, takaran pupuk : 125 kg SP-36/ha. Untuk tanah dengan status P tinggi takaran pupuk : 50 kg/ha. Pupuk P diberikan pada saat tanam atau paling lambat pada umur 3 minggu.
  • Pupuk K hanya diperlukan pada tanah yang mengandung hara K rendah yang diberikan sekaligus pada saat tanam bersamaan dengan pemberian pupuk Urea dan SP-36 sebagai pupuk dasar atau paling lambat pada umur 40 hari atau menjelang fase primordia.
b) Pemupukan Susulan
          Pupuk susulan berupa 50 kg/ha Urea, diberikan 2 minggu kemudian dengan cara ditebar .
8. Penyiangan gulma
    Penyiangan dilakukan pada umur 10-15 HST dan selanjutnya tergantung keadaan gulma.
9. Pemeliharaan ikan (pemberian pakan, pengelolaan air dan pengawasan hama)
  • Pemberian pakan : setelah 3 hari ikan di petakan sawah,
  • Jenis pakan : pakan apung dengan kadar protein 28-32%,
  • Cara pemberian pakan : ad libitum (pemberian pakan dihentikan setelah ikan berkurang nafsu makannya).
  • Periode pemberian pakan : 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
  • Setelah ikan berumur 2-3 minggu, pupuk kandang kembali diberikan dengan cara ditebar. Dosis 0,25 kg/m2.
  • Pakan komersial yang digunakan sebanyak 500 kg.
10.  Pengendalian hama dan penyakit
  • Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan sistem periodik.
  • Pestisida digunakan seminimal mungkin.
  • Ikan yang dipelihara merupakan predator bagi serangga hama padi, sehingga serangan hama dapat terkendali dengan baik.
11. Panen
  • Saat panen yang paling tepat adalah ketika 90% gabah menguning.
  • Panen ikan dilakukan 10 hari sebelum panen padi dengan cara mengeringkan petakan sawah terlebih dahulu kemudian ikan ditangkap secara perlahan-lahan.
Berdasarkan data tahun 2009 yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, produksi budidaya minapadi yang sudah mencapai 86.913 ton tersebut berasal dari beberapa provinsi di Indonesia. Beberapa provinsi yang cukup baik perkembangan budidaya sawah atau minapadi 7 (tujuh) diantaranya yaitu :
1.         Jawa Barat
Jawa Barat yang dikenal sebagai “raja”nya perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Sebutan ini tidak salah jika dilihat dari prestasinya terhadap perkembangan budidaya air tawarnya. Salah satunya adalah budidaya minapadi. Budidaya minapadi Jawa Barat juga termasuk terdepan dalam perkembangan produksinya. Tahun 2009 yang lalu saja berdasarkan data statistik perikanan budidaya telah mencapai 31.784 ton. Produksi yang sebesar tersebut Jawa Barat menjadi provinsi nomor satu dalam hal produksi ikan budidaya minapadi.
Ikan yang diintegrasikan dengan padi di daerah jawa barat adalah ikan mas, nila, nilem, tawes, lele, patin, bawal dan udang galah. Sebagian besar ikan yang dipelihara oleh para petani minapadi adalah ikan mas dan nila yang memiliki pangsa pasar yang cukup baik di provinsi ini. Sentra budidaya minapadi terletak di kabupaten cianjur yang sebagian besar komoditas yang dikembangkan adalah mas dan nila. Sentra budidaya minapadi dengan jenis ikan yang diintegrasikan adalah nilem terletak di kota Tasikmalaya, kabupaten Tasikmalaya dan kabupaten Bandung. Komoditas lele terletak di Kota Bandung, tawes di kabupaten Tasikmalaya, Patin di kabupaten Cinjur, Bawal di kabupaten Cianjur dan kabupaten Bogor. Sementara udang galah yang juga dikembangkan di BLUPPB Karawang terdapat di Kabupaten Garut.
2.         Jawa Timur
Provinsi yang terletak di ujung timur pulau jawa dan berbatasan langsung dengan selat bali merupakan salah satu diantaranya yang mempunyai daerah budidaya minapadi. Berdasarkan data statistik perikanan budidaya, pada tahun 2009 produksinya mencapai sebesar 11.879 ton. Sebagian besar ikan yang budidayakan juga seperti provinsi Jawa Barat yaitu ikan mas dan ikan nila. Selain kedua komoditas tersebut, ikan nilem, tawes, mujair dan lele juga dikembangkan bersama dengan tanaman padi. Daerah yang mengembangkan budidaya minapadi antara lain Nganjuk, Lumajang, Malang, Bondowoso dan Jember.
3.         Sumatera Selatan
Data statistik perikanan budidaya mencatat, pada tahun 2009 provinsi Sumatera Selatan mencapai 10.660 ton. Provinsi yang dikenal dengan jembatan amperanya ini, juga dikenal sebagai penghasil terbesar produksi perikanan budidaya air tawar di pulau sumatera. Budidaya minapadi di provinsi ini berkembang dan tersebar di daerah antara lain yaitu, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas, Lahat, Ogan Komering Ulu dan Muara Enim. Sebagian besar ikan yang dibudidayakan di daerah-daerah tersebut adalah komoditas nila.
4.         Sumatera Barat
Provinsi ini dikenal dengan danau maninjaunya yang telah menjadi sentra budidaya dan menjadi tolak ukur produksi perikanan budidaya air tawar ujung barat sumatera selain sumatera utara. Produksi budidaya minapadinya pada tahun 2009 berdasarkan data statistik perikanan budidaya adalah sebesar 9.269 ton. Berada di posisi kedua dibawah sumatera selatan untuk wilayah pulau sumatera. Daerah terbesar penghasil budidaya minapadi terdapat di kabupaten pasaman, padang pariaman dan 50 kota. Komoditas yang dibudidayakan dengan teknik minapadi adalah ikan mas di pasaman, nila di sijunjung, pasaman, dan 50 kota, mujair di pasaman dan 50 kota, gurame di pasaman, dan lele di pasaman dan 50 kota.
5.         Sumatera Utara
Sumatera Utara adalah provinsi dengan jumlah kabupaten terbesar di pulau sumatera dengan jumlah kabupaten sebanyak 33 buah. Provinsi yang dikenal dengan danau tobanya dan telah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya ini, juga termasuk dalam 3 (tiga) besar penghasil ikan dari budidaya minapadi. Data tahun 2009 yang dipublikasikan statistik perikanan budidaya sebesar 7.950 ton atau terbesar ketiga di pulau sumatera. Daerah penghasil ikan budidaya minapadi antara lain terdapat di Simalungun, Kota Pematang Siantar, dan Mandaling Natal. Sama halnya dengan provinsi-provinsi sebelumnya, provinsi ini juga mengembangkan budidaya minapadi dengan ikan mas dan ikan nila. Selain dua komoditas tersebut, juga ada beberapa daerah yang membudidayakan ikan mujair, lele dan gurame.
6.         Banten
Banten adalah provinsi yang masih muda diantara provinsi lainnya. Namun, itu bukanlah kendala untuk memajukan dan mengembangkan perikanan budidayanya.Tahun 2009, berdasarkan hasil validasi data statistik perikanan budidaya, total produksi provinsi banten mencapai 35.503 ton. Dari total sebesar itu, budidaya minapadi di banten adalah sebesar 3.725 ton. Dengan produksi sebesar tersebut banten termasuk dalam enam besar penghasil budidaya sawah/minapadi pada tahun 2009. Komoditas yang dikembangkan pada budidaya minapadi di banten sebagian besar adalah ikan mas dan sebagian kecilnya adalah ikan nila, nilem, tawes, mujair dan lele. Berdasarkan data statistik perikanan budidaya, kabupaten yang mengembangkan budidaya minapadi adalah Serang, Lebak, Pandeglang dan Tangerang.
7.         Sulawesi Utara
Jika di pulau Jawa “raja”nya budidaya air tawar adalah Jawa Barat maka di pulau sulawesi, “raja”nya budidaya air tawar adalah sulawesi utara. Berdasarkan publikasi yang dirilis oleh DKP provinsi Sulawesi Utara, produksi budidaya air tawar sulawesi utara pada tahun 2009 sebesar 19.863,8 ton. Produksi yang sebesar ini menempatkan provinsi ini berada di urutan terdepan sebagai penghasil ikan air tawar di pulau sulawesi dan sangat jauh dibandingkan dengan sulawesi selatan yang berada diperingkat kedua di pulau ini dengan produksi ikan air tawarnya sebesar 4.909 ton.
Produksi budidaya minapadi sebesar 2.765,8 ton berada diurutan ketiga sebagai penyumbang produksi perikanan budidaya air tawar provinsi Sulawesi Utara. Sebagian besar kabupaten/kota mengembangkan budidaya minapadi ini. Sentra budidaya minapadi terletak di daerah Minahasa dan Bolaang Mongondow. Sementara komoditas yang dibudidayakan adalah ikan mas, ikan nila dan ikan mujair.
Potensi pengembangan budidaya minapadi masih sangatlah luas. Tingkat pemanfaatan lahan untuk budidaya minapadi berdasarkan data statistik perikanan budidaya tahun 2009, sebesar 127.679 ha. Luas lahan budidaya minapadi ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya minapadi. Potensi luas lahan budidaya minapadi berdasarkan data statistik perikanan budidaya adalah sebesar 1.538.379 ha. Jadi, tingkat pemanfaatan budidaya minapadi yang sangat memberikan banyak keuntungan ini hanya sekitar 8 persen. Budidaya minapadi di Indonesia terdapat di wilayah Sumatera, Jawa dan sebagian Sulawesi. Sementara daerah Kalimantan, Maluku dan Papua akan mengembangkan teknik budidaya ini ke depannya guna mendukung gerakan sejuta hektar minapadi.
Teknologi Budidaya Ikan Nila di kolam terpal
            Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membangun kolam terpal :
1. Sumber air untuk mengisi kolam terpal
    Sumber air berupa air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan. Lebih ideal lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau.
2. Ketinggian lokasi
    Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budi daya ikan nila, ketinggian yang cocok adaiah 0-500 m dpi.
3. Ukuran ikan
    Ukuran yang akan dipelihara perlu dipertimbangkan karena terkait dengan kedalaman air di dalam kolam. Misalnya, benih nila cocok dipelihara pada kedalaman air 40-50 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm. Untuk usaha pembesaran yang menggunakan benih ukuran 20-30 g/ekor, dibutuhkan kedalaman air antara 80-100 cm. Untuk menampung air sedalam 100 cm, diperlukan kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 120 cm.
4. Dasar tanah dan kerangka yang digunakan
    Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula dengan kerangka yang digunakan hendaknya tidak berbahan tajam karena dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dan pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan ini dapat menstabilisasi suhu.
5. Peralatan Pendukung
    Dalam pengelolaan kualitas air di kolam terpal, diperlukan beberapa peralatan, baik untuk menjaga ketersediaan air maupun untuk memelihara kualitas air. Beberapa peralatan yg perlu disediakan adalah Aerator atau blower  yg hanya diperlukan sewaktu-waktu untuk meningkatkan kandungan oksigen, Pompa, selang atau pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke kolam terpal ataupun untuk membersihkan dasar kolam dengan cara melakukan sifon.
Jenis kolam terpal
Berdasarkan bahan dan cara membuatnya, terutama dinding atau kerangka kolam maka dikenal adanya beberapa jenis kolam terpal, antara lain:
1. Kolam terpal dengan kerangka bambu, kayu, pipa ledeng, atau besi.
2. Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata.
3. Kolam terpal dengan dinding tanah.
4. Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
          Kolam 1 dan 2 tersebut termasuk ‘kolam terpal di atas permukaan tanah”; kolam 3 merupakan ‘kolam terpal di bawah permukaan tanah”; dan kolam 4 dapat berupa ‘kolam di bawah permukaan tanah atau di atas permukaan tanah”.
Keunggulan kolam terpal
            Keunggulan kolam terpal adalah dapat diterapkan (dibangun) di berbagai tempat, tidak harus di lahan yang ideal sebagaimana pembangunan kolam konvensional. Kolam terpal juga mudah dibersihkan dan dipindahkan. Membudidayakan  ikan dikolam terpal, padat penebarannya dapat ditingkatkan, sintasan atau kelangsungan hidup (survival rate) lebih tinggi, pertumbuhan ikan dapat dipacu, dan ikan hasil panen tidak berbau lumpur. Di samping itu, pembuatan dan pemeliharaan ikan di kolam terpal juga lebih mudah (secara teknis) dan lebih murah (secara finansial). Karena keunggulan itulah maka budi daya ikan di kolam terpal ini terus berkembang, termasuk untuk pemeliharaan ikan nila.                  
          Keunggulan kolam terpal ini merupakan salah satu peluang yang baik bagi pengembangan budi daya nila. Kolam terpal dapat diterapkan untuk pembenihan nila, pendederan, serta pembesaran untuk menghasilkan nila konsumsi dan induk.


DAFTAR PUSTAKA
Arie, U. 2000. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta.
P. Arief, Hasnawi Masturi. 2008. Agribisnis Ikan Nila. CV. Pustaka Grafika. Bandung.