Kamis, 05 Desember 2013

Pembuatan Pupuk Organik



Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik padat untuk pemupukan tanah yang antara lain kotoran hewan, kompos dari limbah rumah tangga atau industri, dan bahan-bahan tambahan lain untuk melengkapi kandungan hara pupuk atau memperbaiki struktur pupuk. Bahan-bahan tambahan ini juga merupakan bahan alami, bukan bahan kimia misalnya abu sekam, zeolit, batuan phospat, kapur. Proses pembuatan pupuk organik ini melalui beberapa tahapan utama.
            Pertama, pengomposan bahan baku utama. Kotoran hewan dan atau limbah organik dikomposkan terlebih dahulu. Jika bahan baku berasal dari pupuk kandang perlu dilihat tingkat kebasahan dan bahan campurannya, jika berasal dari kompos dilihat dari komposisi bahan yang dijadikan kompos. Kotoran hewan yang baik untuk dijadikan bahan baku pupuk adalah yang kadar airnya tidak lebih dari 80% dan tidak banyak tercampur sekam, jerami atau kotoran lainnya.
            Pada pengomposan ini kotoran hewan atau limbah organik dibiarkan terdekomposisi dengan ditumpuk diatas tanah kering atau lantai semen yang terlindungi dari air hujan. Tumpukan bahan ini setinggi 1,2-2 meter, sebaiknya ditutup dengan plastik atau yang lainnya. Apabila proses ini dilakukan secara alami tanpa aktivator, maka proses pengomposan ini memerlukan waktu 2-3 bulan. Untuk mempercepat proses ini biasanya ditambahkan starter atau aktivator untuk mempercepat proses pengomposan menjadi hanya dalam beberapa minggu sampai satu bulan proses pengomposan sudah selesai. Selama proses pengomposan ini perlu dikontrol kondisi lingkungan mikronya yang meliputi kelembapan dan suhu setiap tiga hari dan setiap tujuh hari dilakukan pembalikan agar proses pengomposan berlangsung merata sekaligus mengecek kadar air dan kelembapan bahan. Kandungan air bahan yang baik adalah sekitar 30%-40%, dengan cirri apabila diambil segenggam dan dikepal dengan tangan maka bahan pupuk tadi tidak mengeluarkan air atau tidak meneteskan air, tetapi apabila kepalan tangan dilepaskan bahan tadi masih menggumpal tidak pecah. Selama proses pengomposan ini akan terjadi peningkatan suhu karena aktivitas mikroorganisme, perlu dijaga supaya suhu tersebut berkisar 40o-50oC, apabila lebih dari itu segera dibalik-balik tumpukannya.
            Di pasaran memang sudah banyak beredar aktivator ini, kebanyakan berbentuk cair walau ada juga yang berbentuk serbuk. Pada dasarnya aktivator ini adalah mikroorganisme yang berada dalam cairan bahan penumbuh, apabila cairan yang berisi mikroorganisme ini dilarutkan air dan dicampurkan ke dalam bahan yang akan dikomposkan maka dengan cepat mikroorganisme ini berkembang sehingga proses pengomposan berjalan dengan cepat. Produk aktivator semacam itu dapat dengan mudah dibeli di toko pertanian.