Kamis, 03 April 2014

TANAMAN TEMBAKAU



PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa, Indonesia memiliki beragam jenis tahan yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, konsisi alam yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, semua kondisi itu merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan tanaman perkebunan (Rahardi, 1993).
Tanaman tembakau hampir terdapat di seluruh Indonesia terutama yang kita sebut tembakau rakyat atau tembakau asli. Yang dimaksud dengan istilah tembakau asli atau tembakau rakyat ialah tembakau yang ditanam oleh rakyat, mulai dari pembuatan pesemaian, pananaman, dan pengolahan daunnya sehingga siap untuk dijual di pasaran, dalam bahasa asing tembakau ini disebut native tobaccoes atau bevolkings tabak. Tembakau asli atau rakyat dikenal sebagai ‘tembakau jenis daerah’ juga sering disebut ‘landras’. Tembakau rakyat ditanam oleh petani secara campur aduk (terdiri dari berbagai varietas) dan kebanyakan pembenihannya dilakukan sendiri oleh petani. Hal ini yang agak menyulitkan pelacakan varietas secara pasti. Belum lagi pengaruh percampuran dengan benih-benih impor sehingga varietas tembakau asli semakin heterogen, tidak mengherankan kalau sekarang banyak dijumpai bermacam-macam varietas dalam satu hamparan pertanaman yang dilakukan oleh petani (Abdullah dan Soedarmanto,1982).
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis tembakau dan agroindustri (Abdullah dan Soedarmanto,1982).
Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan tembakau. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanam unggul melalui hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu priode penanaman dan pemeliharaan tembakau yang efisien dengan sasaran produksi maksimum (Abdullah dan Soedarmanto,1982).
Jenis-jenis tembakau rakyat yang diketahui dan dikenal sebagian besar terdapat di Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Lembaga Penelitian Tanaman Industri (sekarang Balai Penelitian Tanaman Industri), tipe-tipe tembakau di Jawa, Madura dan Sumatera pada sentra-sentra tembakau rakyat tercatat jenis-jenis atau varietas-varietas tembakau rakyat. Salah satunya di Jawa Tengah terutama Kabupaten Banyumas dan Banjarnegara yaitu Kenongo, Ontel, Cengis dan Gober. Dijadikan tembakau rajangan pepan dan garangan, sedang dan halus. Penggunaannya untuk campuran rokok kretek dan kelembak menyan (Abdullah dan Soedarmanto,1982).
Tembakau rakyat yang diduga adalah tanaman asli Indonesia, umumnya pengembangannya sangat tergantung petani produsen setempat sesuai dengan tempat lokasi daerah masing-masing. Peranan tembakau rakyat tidak bisa diabaikan karena mempunyai arti penting baik dilihat dari komoditas itu sendiri maupun dipandang dari segi sosial ekonomi dalam perdagangan tembakau yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berbagai tembakau rakyat umumnya digunakan untuk rokok kretek khas industri dan sebagian kecil sebagai tembakau kunyah. Penggunaan jenis tembakau rakyat cukup bervariasi yaitu sebagai bahan campuran dalam industri rokok kretek dan sigaret, dibuat lintingan atau sering   juga digunakan untuk tembakau susur (http://adimardiyanto-spaid.blogspot.com). 
Pengusahaan tembakau rakyat pada umumnya pada akhir musim penghujan sehingga penenannya jatuh di musim kemarau. Tembakau rakyat mempunyai variasi tanah yang cukup luas dari ringan sampai berat. Kecuali di daerah-daerah atau lokasi-lokasi tertentu dan terbatas yang menghasilkan produk dengan kualitas khas, pada umumnya ditanam dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Tembakau ini diusahakan untuk diperdagangkan atau untuk keperluan sendiri (konsumsi petani). Tembakau rakyat di Indonesia kebanyakan dipakai sebagai tembakau rajangan, sedangkan di luar negeri hal ini jarang dilakukan.  Hasil rajangan ini cukup bervariasi, mulai dari rajangan kasar, tengahan dan halus. Biasanya semua proses dari budidaya sampai pengolahan dilaksanakan oleh petani. Bahkan pemasarannyapun ditangani langsung oleh petaninya (http://adimardiyanto-spaid.blogspot.com).   
Banyak orang yang menyangsikan prospek tembakau rakyat ini. Sebab setelah munculnya jenis-jenis tembakau ekspor (terutama tembakau Virginia), tembakau asli atau rakyat menjadi tersisih. Anggapan ini tidak benar sebab dalam beberapa hal tembakau rakyat memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh varietas impor. Kelebihan penting yang dimiliki tembakau rakyat diantaranya adalah lebih tahan terhadap penyakit lanas dan pengeringaan daunnya bisa dilakukan secara sederhana (sun atau air curing) sehingga biaya pengolahannya lebih murah (http://adimardiyanto-spaid.blogspot.com).
Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga ada kegiatan pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan. Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan cara panen (Setiawan, A dan Yani Trisnawati, 1993).
Tanaman Tembakau (Nicotianae tabacum L) dibudidayakan umumnya karena memiliki arti ekonomi penting. Spesies yang sering dibudidayakan adalah Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustika (Hanum, C, 2008).
Nicotiana tobacum, memiliki ciri yakni, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk lonjong dan pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, tingginya 1,2 m. Sedangkan Nicotiana rustika, memiliki ciri seperti: daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit bergelombang, habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul, kedudukan daun pada batang agak terkulai (Hanum, C, 2008).

SEJARAH TEMBAKAU 
Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi petani, namun juga bagi Negara. Tembakau ialah hasil pertanian yang diproses dari daun tumbuh-tumbuhan genus Nicotiana. Nicotiana tabacum (Nicotiana spp., L.) atau lebih dikenal sebagai tembakau (tobacco) ialah sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1.8 meter (6 kaki) dan besar daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya 30 sentimeter (1 kaki). Tanaman ini berasal dari Amerika utara dan Amerika Selatan (http://yuphyyehahaa.blogspot.com)
Sejarah tembakau pada mulanya digunakan oleh orang-orang asli Amerika untuk kegunaan perobatan Christopher Columbus melintasi Lautan Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1942, orang asli Amerika yang bermukim di New World telah menghadiahkan beliau daun tembakau dan seabad setelah itu, merokok telah menjadi kegilaan global, dan seterusnya memberi manfaat ekonomi kepada para pengusaha di Amerika Serikat.Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Sejarah penanaman tembakau di Indonesia dimulai pada tahun 1830 oleh Van Den Bosch melalui “Cultuurstelsel” yaitu disekitar daerah Semarang, Jawa Tengah, namun pada saat itu mengalami kegagalan. Pada tahun 1856 ,Belanda mencoba kembali melakukan penanaman tembakau secara meluas di daerah Besuki, Jawa Timur dengan dilengkapi suatu balai penelitian yaitu Besoekisch Profstation pada tahun 1910. Dengan adanya balai penelitian tersebut maka dilakukan usaha-usaha untuk mendapatkan galur yang cocok dan diinginkan, yakni dengan cara seleksi/hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada atau yang didatangkan dari luar. Jenis tembakau cerutu Besuki yang sekarang banyak ditanam di daerah tersebut merupakan hasil persilangan antara jenis Kedu dengan jenis Deli (Djojosudiro, 1967) (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di daerah Yogyakarta-Surakarta, tepatnya di daerah Klaten. Penanaman tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra Utara yang dipelopori oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah Deli sekitar Sungai Ular dan anak Sungai Wampulah merupakan derah yang baik untuk tembakau Deli. Jenis tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik guna keperluan pembungkusan cerutu (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (Bartolome De La Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Tembakau bisa didapat secara komersil dalam bentuk-bentuk kering maupun awet, dan sering dihisap (seperti merokok) dalam bentuk cerutu dan rokok, atau dengan menggunakan pipa. Tembakau juga bisa dikunyah, "dicelup" (diletakkan antara pipi dengan gusi), dan dikulum, atau dihirup ke dalam hidung sebagai bahan hisapan dalam bentuk serbuk halus (seperti menggunakan morfin bubuk). Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Neurotoxin merupakan bahan yang dapat melumpuhkan syaraf, dan pada konsentrasi yang rendah dapat menimbulkan ketergantungan (addiction). Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama insektisida (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Botani Tanaman
            Menurut Padmo dan Djatmiko (1991), spesies tanaman tembakau yang pernah ada di dunia ini diperkirakan mencapai lebih dari 20 jenis, di mana persebaran geografis sangat mempengaruhi cara bercocok tanam serta spesies,varietas yang diusahakan, dan mutu yang dihasilkan (http:// scribd.com).
Klasifikasi tanamantembakau dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae
Genus: Nicotianae
Spesies: Nicotiana tabaccum, Nicotiana Rustica
Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu-bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air,dan subur (http:// scribd.com).
Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm (http://budidaya-id.blogspot.com).
Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai (http:// scribd.com).
Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atas (Hanum, C, 2008).
Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:
a.  Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga biasanya mempunyai lima benang sari yang melekat pada mahkota bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.
c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang membesar.
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukan sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk penyerbukan silang.
Buah
Bakal buah tembakau terletak diatas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang membesar, setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putih dengan sebuah kepala putik diatasnya. Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk  buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12.000 butir biji. Tiap-tiap tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu sesudah pembuahan buah tembakau telah jadi masak (Hanum, C, 2008).
Biji
Biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah bila disemaikan sehingga biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi. Kira-kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah, untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Hanum,C 2008).
3.2 Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500-3.500 mm/tahun (http:// scribd.com).
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30 oC. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl (http:// scribd.com).
Tanah
Tanah yang dikehendaki oleh tanaman tembakau adalah tanah yang gembur, remah, dan mudah mengikat air. Selain itu lahan yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase. Hal ini disebabkan karena tanaman tembakau yang sangat peka terhadap air yang menggenang. Tanah yang optimal bagi tanaman tembakau adalah yang memiliki pH 5 – 6. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5 maka perlu diberikan pengapuran untuk menaikkan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH (http:// scribd.com).
  
BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU
Teknik Budidaya tanaman tembakau sangat penting dalam membentuk unsur-unsur yang mempengaruhi mutu tembakau. Teknik budidaya yang baik harus memperhatikan faktor-faktor yang membentuk unsur. Faktor adalah hal-hal yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi mutu tanaman tembakau dan daun tembakau hijau. Unsur adalah hal yang digunakan secara langsung untuk menilai kualitas tembakau kering (Makfoeld,D, 1994).
4.1 Jenis dan Varietas Tembakau
Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta familia Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis adalah Nicotianae Tabacum dan Nicotianae Rustica dengan rincian sebagai berikut:
1). Nicotiana rustica L mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n = 16%) biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India.
2). Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6%) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
Beberapa contoh dari varietas tembakau (Nicotiana tabacum) adalah:
1. Tembakau Virginia
Tembakau Virginia mempunyai sosok ramping, ketinggian tanaman sedang sampai tinggi, daun berbentuk lonjong yang ujungnya meruncing, warna daun hijau kekuningan, daun bertangkai pendek, kedudukan daun pada batang tegak, jarak antara daun satu dengan yang lain cukup lebar sehingga kelihatan kurang rimbun, tanaman memiliki daya adaptasi yang luas terhadap tanah dan iklim. Tembakau ini banyak ditanam di dataran rendah yang panas (Hanum,2008).
Tembakau Virginia yang telah diolah menghasilkan krosok berwarna kuning keemasan hingga kuning jingga, aromanya sangat berbeda dengan jenis tembakau yang lain, memiliki kandungan gula tinggi sehingga terasa manis dan bila dirokok terasa ringan. Daun tengah Tembakau Virginia sangat baik digunakan untuk pembuatan rokok sigaret putih (Makfoeld,D, 1994).
2. Tembakau Oriental
Tembakau Oriental memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis tembakau lain yaitu terletak pada aroma yang harum dan khas. Karena aromanya yang khas, tembakau Oriental/Turki juga disebut sebagai aromatic tobacco. Tembakau Turki digunakan oleh semua pabrik rokok sebagai campuran yang dapat meningkatkan mutu rokok sigaret (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
3. Tembakau Burley
Tembakau Burley bercirikan warna daun hijau pucat, batang dan ibu tulang daun berwarna putih krem, daun tergolong ukuran besar (90–160 cm), tanaman lebih banyak berbentuk silindris daripada piramida, tinggi tanaman sekitar 180 cm. Krosok daun tembakau Burley setelah pengolahan menjadi tipis, berwarna coklat kemerah–merahan, halus dan lunak, serta beraroma sedap. Tembakau Burley mengandung nikotin yang banyak terdapat pada daun bawah, daun tengah, dan daun atas (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat penghasilnya sebagai berikut:
·         Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk pembuatan cerutu.
·         Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret.
·   Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia).
·         Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret.
·         Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret.
·         Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia) ( http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Berdasarkan iklim tembakau yang diproduksi di Indonesia dapat dibagi antara lain:
a). Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek;
b). Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu.
Tembakau yang dibuat sebagai cerutu adalah tembakau Deli D4,KF-7,F1-5, Tembakau Vortstenlanden G, TV, Tembakau Besuki varietas H, Tembakau lumajang. Tembakau Sigaret berupa tembakau Virginia, tembakau Oriental, tembakau Burley (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
4.2 Teknik Budidaya Tembakau
4.2.1 Pembibitan
Jumlah benih kurang lebih 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam. Biji utuh tidak terserang penyakit dan tidak keriput. Media semai yaitu campuran tanah (50%) ditambah pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag. Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 100 cm sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan. Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan. Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis. Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari. Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
4.2.2 Pengolahan Tanah dan Penanaman
Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah. Sejumlah studi membuktikan bahwa pengolahan tanah intensif menyebabkan penurunan bahan organik tanah. Pengolahan tanah intensif pada jenis tanah andisol dapat menyebabkan menurunnya kadar C organik tanah. Bila N terdapat dalam jumlah yang rendah akan menyebabkan menurunnya luas daun, berat kering, dan klorosis sebagai akibat dari menurunya jumlah klorofil. Rendahnya kandungan N ini yang menyebabkan produktivitas tembakau rendah. Sangat rendahnya kadar C organik, selain menyebabkan kebutuhan akan pupuk organik (pupuk kandang) yang semakin meningkat, juga menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan. Dengan meningkatkan kadar C organik tanah, yang dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organic (Hanum,C, 2008).
Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam (Hanum,C, 2008).
Adapun jarak tanamnya adalah sebagai berikut:
·         Tembakau virginia dan Tembakau Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50 cm, 120 cm x 50 cm atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman berkisar antara 16.000 – 18.000 pohon /ha.
·         Tembakau Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi idealnya adalah 17.480 tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16.930 tanaman/ha.
·         Tembakau rajangan Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11.000 hingga 18.000 batang/ha.
·             Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara 20.000 sampai dengan 33.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45 cm dengan populasi tanaman 33.000 tanaman /ha (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
4.2.3 Pengelolaan dan Perawatan Tanaman Tembakau
Seperti pada umumnya tanaman, tembakau juga memerlukan perawatan agar dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan tembakau yang berkualitas. Pemeliharaaan tanaman tembakau dimulai dari umur tanaman tembakau masih muda. Adapun Beberapa langkah pemeliharaan tanaman tembakau yaitu :
1. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air 1-2 liter setiap tanaman. Setelah 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanaman pertumbuhan akan semakin cepat. Oleh karena itu, diperlukan 5 liter air per tanaman setiap 3 hari. Setelah 65 hari dari masa tanam tembakau tidak memerlukan lagi penyiraman, kecuali bila cuaca sangat kering. Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut:
·         Tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam.
·         Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu: sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air ¾ buludan, pada 50 – 65 HST tinggi air ½ guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.
Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya. Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit yang baik dengan umur yang sama (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
3. Pembumbunan (pendangiran)
Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm – 40 cm di dalam tanah. Pendangiran dilakukan 3 –4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST), 20 – 22 HST dan 30 – 35 HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan. Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang baik (Hanum,C, 2008).
4. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya persaingan dalam pengambilan unsur hara pada tanaman, menghilangkan sumber penyakit dan mempermudah pada waktu pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan mempermudah pada wakrtu pemetikan/panen, untuk meningkatkan hasil produksi. Penyiangan dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan mencabut gulmanya atau dapat menggunakan herbisida (Hanum,C, 2008).
5. Pemupukan
Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (N,P,dan K). Penggunaan phospor (P) dalam komposisi pupuk karena phospor berfungsi untuk pertumbuhan akar dan penyusunan inti sel, lemak dan protein. Kandungan phospor dalam SP 36 sebesar 36%. Tanda tanaman kekurangan P yaitu daun menjadi tampak tua warnanya menjadi merah kecoklatan. Tepi daun, cabang dan batang terdapat warna kecoklatan yang lama-lama menjadi kuning. Sedangkan Kalium pada KNO3 berfungsi untuk mempengaruhi kualitas (rasa, warna dan bobot) tanaman, menambah daya tahan tanaman terhadap kekeringan, hama/penyakit, mempercepat pertumbuhan jaringan meristem, dan membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Tanda-tanda Kekurangan Kalium daun mengerut atau mengeritingterutama pada daun tua, daun akan berwarna ungu lalu mengering lalu mati (Karama,A ,1991).
6. Pemangkasan
Pangkas tunas ketiak dan bunga dilakukan tiap 3 hari sekali. Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun bunga di bawah bunga. Pemangkasan hanya dilakukan pada jenis tembakau VO, dilakukan begitu kuncup bunga mulai keluar (80%) dan dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik. Pemangkasan dilakukan agar tidak terjadi stagnasi. Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daun berjumlah 20 helai di atas daun bibit (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
7. Punggel dan wiwil/suli
Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman dalam proses pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas tinggi yang akan memberikan basil maksimal bagi petani. Penggunaan sukirisida alami dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan teknologi ramah lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktuyang tepat. Dalam pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap ketebalan daun/berat daun (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
4.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah penyakit lanas, penyakit rebah kecambah, penyakit kerupuk dan penyakit layu bakteri. Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Hama ulat pucuk misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan mengutip ulat tersebut (http:// scribd.com).
4.3.1 Hama
a. Ulat Grayak (Spodoptera litura) Gejala: berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari, semprot Natural VITURA.
b. Ulat Tanah (Agrotis ypsilon) Gejala: daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.
c. Ulat penggerek pucuk (Heliothis sp.) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.
d. Nematoda (Meloydogyne sp.) Gejala: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA
e. Kutu - kutuan (Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis) (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
4.3.2 Penyakit
a. Hangus batang (damping off) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala : batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.
b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.
c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.
f. Penyakit Virus Penyebab : virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala : pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian : menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar (http://yuphyyehahaa.blogspot.com).
4.4 Panen dan Pasca Panen
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan. Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak (http://teknis-budidaya.blogspot.com).
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
a) Trash (apkiran): warna daun hitam
b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
d)More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye (teknis-budidaya.blogspot.com).


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. (1982). Budidaya Tembakau. CV Yasaguna. Jakarta.
Hanum, C. (2008). Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. 
http://agrindonesia.wordpress.com/2009/04/15/budidaya-tanaman-tembakau/
http://budidaya-id.blogspot.com/2010/01/teknik-budidaya-tembakau.html
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-tembakau.html
http://www.scribd.com/doc/45421651/
http://yuphyyehahaa.blogspot.com/2011/11/budidaya-tanaman-tembakau.html
Karama, A. (1991). Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Makalah dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V, (pp. p.395-426). Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Makfoeld,Djarir. (1994). Mengenal beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di Indonesia edisi ke dua. Liberty. Yogyakarta.
Setiawan, A dan Yani Trisnawati. (1993). Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya. Jakarta.